REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Presiden Israel Isaac Herzog melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (12/7). Selain hubungan bilateral, mereka membicarakan sejumlah isu regional.
Herzog mengungkapkan, percakapannya dengan Erdogan berlangsung beberapa jam. Pada kesempatan itu, Erdogan menyampaikan selamat atas pelantikan Herzog sebagai presiden.
“Kami berdua menekankan bahwa hubungan Israel-Turki sangat penting bagi keamanan dan stabilitas di Timur Tengah. Kami sepakat melanjutkan dialog guna meningkatkan hubungan antarnegara kami,” kata Herzog lewat akun Twitter pribadinya, dikutip laman Anadolu Agency.
Menurut keterangan yang dirilis Direktorat Komunikasi Turki, dalam panggilan telepon dengan Herzog, Erdogan mengatakan ada potensi kerja sama tinggi antara Israel dan Turki, terutama di bidang energi, pariwisata, dan teknologi. Erdogan turut menyinggung masalah Israel-Palestina.
Erdogan mengatakan masyarakat internasional mengharapkan solusi dua negara yang permanen dan komprehensif untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina dalam kerangka resolusi PBB. Menurutnya, penyelesaian konflik Israel-Palestina akan berkontribusi positif pada hubungan Turki-Israel.
Pada Ahad (11/7) lalu, Herzog juga melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. “Saya berbicara malam ini dengan kepala Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, yang menelepon untuk memberi selamat kepada saya atas memasuki peran baru saya (sebagai presiden). Sebagai ucapan terima kasih, saya menekankan bahwa saya bermaksud untuk terus mempertahankan dialog berkelanjutan dengannya seperti yang dilakukan presiden Israel sebelumnya,” kata Herzog lewat akun Twitter pribadinya.
Dia juga mengutarakan harapannya untuk membantu memajukan hubungan dan proses perdamaian antara kedua negara. Menurut laporan kantor berita Palestina, WAFA, saat melakukan percakapan dengan Herzog, Abbas menekankan perlunya mencapai perdamaian permanen di Jalur Gaza.
Sebelumnya Israel's Channel 12 melaporkan bahwa Abbas sedang menyusun daftar tuntutan jika pembicaraan damai antara Palestina dan Israel dimulai kembali. Pembicaraan tersebut terhenti pada April 2014. Hal itu terjadi karena Israel menolak membebaskan warga Palestina yang dipenjara sebelum 1993 dan menghentikan aktivitas permukiman di wilayah Palestina yang diduduki.