REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG - Korban tewas dalam aksi protes menolak hukuman penjara atas mantan presiden Afrika Selatan Jacob Zuma kini telah bertambah menjadi 72 jiwa.
Pada Selasa malam, polisi mengungkapkan bahwa 1.234 orang telah ditangkap karena menjarah pertokoan dan merusak properti di Provinsi KwaZulu-Natal dan Gauteng.
Empat puluh lima kematian dilaporkan di Gauteng yang meliputi Johannesburg dan Pretoria, sedangkan 27 di KwaZulu-Natal. Sebanyak 10 orang lainnya ditemukan tewas di Soweto dekat Johannesburg pada Senin ketika mereka menjarah sebuah mall.
Menurut pihak berwenang, laporan korban jiwa dan korban luka lainnya berkaitan dengan ledakan mesin ATM oleh perusuh.
Kerusuhan dan penjarahan dimulai sejak Kamis sehari setelah Zuma resmi dipenjara. Aksi protes dimulai di Provinsi KwaZulu-Natal kemudian menyebar ke Johannesburg dan berlangsung selama berhari-hari.
Pusat perbelanjaan utama di dua provinsi terpadat di negara itu, KwaZulu-Natal dan Gauteng, telah digeledah dan beberapa dibakar. Sejumlah kendaraan, termasuk truk, juga dibakar oleh kelompok demonstran yang menyerukan pembebasan Zuma.
Zuma, 79, menjalani hukuman penjara karena menghina pengadilan di KwaZulu-Natal. "Intelijen telah mengupayakan yang terbaik yang bisa dilakukan," kata Menteri Keamanan Negara Ayanda Dlodlo.
Dlodlo mengatakan dia telah menerima laporan tentang kemungkinan serangan terhadap warga negara asing di negara itu. Sejumlah serangan kekerasan xenofobia yang mematikan telah mengguncang Afrika Selatan.
Pada Senin, Presiden Cyril Ramaphosa mengizinkan pengerahan personel Angkatan Pertahanan untuk membantu polisi memulihkan ketertiban. Dia mengatakan kekerasan dan penjarahan belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu pasca-apartheid.