REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Dalam laporan ke PBB, Korea Utara (Korut) mengatakan produksi pangan negaranya turun ke level terendah dalam 10 tahun pada 2018. Penurunan terendah itu terjadi karena faktor bencana alam, kurangnya bahan pertanian, dan rendahnya tingkat mekanisasi.
Menurut laporan Voluntary National Review (VNR) yang diserahkan ke PBB, Korut juga mengakui negaranya gagal mencapai target nasional untuk memproduksi tujuh juta ton makanan. VNR adalah proses untuk menilai kemajuan di antara negara-negara anggota dalam upaya mereka mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan pada 2015.
Ini adalah pertama kalinya Korut mempublikasikan laporan VNR. "Produksi pada 2018 sekitar 4,95 juta ton, terendah selama 10 tahun terakhir. Alasan utama penurunan produksi adalah bencana alam dan ketahanan yang lemah, bahan pertanian yang tidak mencukupi, serta tingkat mekanisasi yang rendah," demikian bunyi laporan tersebut dikutip dari laman Yonhap News Agency, Rabu (14/7).
"Meskipun ada beberapa langkah positif untuk meningkatkan produksi sereal, target Millennium Development Goals nasional (MDG's) produksi sereal tujuh juta ton tidak tercapai," tulis laporan itu.
MDGs mengacu pada Tujuan Pembangunan Milenium yang ditetapkan oleh PBB pada tahun 2000. Penetapan itu mencakup pengentasan kemiskinan dan kelaparan ekstrem.
Korut dikenal sebagai negara dengan kekurangan pangan kronis, yang tampaknya diperburuk oleh topan musim panas lalu dan banjir yang menimbulkan malapetaka di daerah pertanian utama. Pada Juni, pemimpin Korut Kim Jong-un mengakui negaranya tengah menghadapi kekurangan pangan yang cukup berat.
Para ahli mengatakan Korut perlu memproduksi sekitar 5,5 juta ton makanan setiap tahun untuk memberi makan penduduknya. Sebuah lembaga think tank di Seoul sebelumnya mengatakan Korut bisa menghadapi kekurangan pangan sekitar 1,3 juta ton tahun ini.