REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina telah mencatat kasus penularan lokal pertama varian delta Covid-19 di negaranya. Satu warga di sana sudah meninggal akibat terinfeksi varian tersebut.
Kementerian Kesehatan Filipina dalam keterangannya pada Jumat (16/7) mengatakan, dari 16 kasus baru yang ditemukan telah terpapar delta, 11 di antaranya ditandai sebagai penularan lokal. Lima dari mereka yang dinyatakan positif adalah warga Filipina yang kembali dari Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Inggris.
Menurut Wakil Menteri Kesehatan Filipina Maria Rosario Vergeire, satu warganya telah meninggal akibat terinfeksi varian delta. Dia sempat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Manila sejak 28 Juni lalu, tapi tak tertolong.
Saat ini Filipina tengah berjuang untuk mengendalikan penyebaran varian-varian Covid-19 di negaranya. Hal itu dilakukan setelah seluruh wilayah di sana melaporkan peningkatan kasus baru.
Filipina merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang paling terpukul pandemi. Sejauh ini ia telah melaporkan 1,49 juta kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 26 ribu jiwa.
Awal pekan ini Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, varian delta yang lebih menular telah menyebar di 104 negara. Hal itu menjadi salah satu faktor melonjaknya kasus dan kematian akibat Covid-19.
“Varian delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus Covid-19 dan kematian,” kata Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman resmi WHO pada Senin (12/7).
Dia mengungkapkan, di tempat-tempat dengan cakupan vaksinasi tinggi, varian delta tetap menyebar cepat. “Terutama menginfeksi orang yang tak terlindungi dan rentan serta terus memberikan tekanan pada sistem kesehatan,” ujarnya.
Ghebreyesus mengatakan di negara-negara berpenghasilan rendah, para tenaga kesehatan berjuang keras untuk merawat pasien-pasien Covid-19 di tengah kurangnya pasokan oksigen serta alat pelindung diri. Menurutnya, vaksin memang bukan jalan keluar tunggal dari pandemi. Namun kehadirannya sangat dibutuhkan. “Ini jelas lebih buruk di tempat-tempat yang memiliki sangat sedikit vaksin, tapi pandemi belum berakhir, di mana pun,” ucapnya.