Senin 19 Jul 2021 07:04 WIB

Pimpinan Tertinggi Taliban Serukan Perdamaian di Afghanistan

Mawlawi Hibatullah mengungkapkan kondisi Taliban yang kini semakin kuat.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan taliban di Afghanistan
Foto: VOA
Pasukan taliban di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemimpin tertinggi Taliban, Mawlawi Hibatullah Akhundzada, Ahad kemarin menyerukan keinginannya untuk berdamai dari konflik yang selama ini berlangsung di Afghanistan. Hal itu, dikatakannya, selama negosiasi intra-Afghanistan di Doha.

Dalam pesan Idul Adha tahunannya, Mawlawi Hibatullah Akhundzada mengklaim, Taliban telah menjadi lebih kuat, dan terorganisir. Bahkan, dilengkapi dengan peralatan yang baik, dan lebih kuat dibandingkan dengan masa lalu setelah penarikan pasukan asing.

Baca Juga

Para pemimpin Taliban juga berjanji untuk mencari hubungan diplomatik, ekonomi dan politik yang baik dan kuat dengan AS. “Kami menjamin semua diplomat asing, kedutaan besar, konsulat, organisasi kemanusiaan, dan investor bahwa mereka tidak akan menghadapi masalah dari pihak kami, melainkan kami akan mengerahkan semua upaya untuk perlindungan dan keamanan mereka,” kata Hibatullah, dikutip Anadolu, Senin (19/7).

Pernyataan petinggi Taliban itu, mengacu pada lebih dari 150 distrik yang dikuasai oleh Taliban sejak Presiden Joe Biden mengumumkan rencana penarikan AS pada bulan Mei. Pemimpin Taliban itu juga menyatakan bahwa Taliban mendukung penyelesaian politik di negara itu, dan bersumpah bahwa setiap kesempatan pembentukan sebuah sistem akan dimanfaatkan sepenuhnya.

“Kami telah membuka Kantor Politik untuk kemudahan negosiasi dan jalur politik, telah menunjuk tim negosiasi yang berwibawa, dan berkomitmen untuk menemukan resolusi melalui pembicaraan di pihak kami, tetapi sayangnya, pihak oposisi masih membuang-buang waktu. Pesan kami tetap, alih-alih mengandalkan orang asing, mari kita selesaikan masalah kita di antara orang kita sendiri dan selamatkan tanah air kita dari krisis yang ada,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement