REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Pemerintah Norwegia mengatakan pada Senin bahwa serangan siber ke sistem surat elektronik parlemen mereka pada 10 Maret dilakukan dari China. Pemerintah meminta pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap aktivitas semacam itu.
"Ini merupakan insiden serius yang menyerang institusi demokratis terpenting kami," kata Menteri Luar Negeri Ine Eriksen Soereide dalam sebuah pernyataan.
Investigasi oleh badan intelijen negara itu telah mengungkap bahwa serangan tersebut berasal dari China dan sejumlah peretas di Norwegia. Ia menambahkan bahwa Uni Eropa dan Microsoft juga telah mengonfirmasi kesimpulan itu.
Kedutaan Besar China di Norwegia belum memberikan komentar. Para pejabat China sebelumnya mengatakan bahwa negara mereka juga menjadi korban peretasan dan menentang segala bentuk serangan siber.
Serangan itu telah memanfaatkan celah keamanan pada piranti lunak Microsoft Exchange. Secara terpisah, Amerika Serikat dan para sekutunya pada Senin menuduh Kementerian Keamanan Nasional China telah melakukan kampanye peretasan siber global, yang secara khusus dikaitkan dengan serangan terhadap Microsoft seperti terungkap sebelumnya pada tahun ini.
Menlu Norwegia mengatakan bahwa duta besar China untuk Norwegia telah dipanggil untuk membahas masalah itu secara langsung. Dia berharap China menyikapi persoalan itu dengan sangat serius."Otoritas China harus mencegah serangan semacam itu terjadi," kata Menlu.