REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Jaksa Agung Maroko mengatakan akan membuka penyelidikan tuduhan tidak berdasar bahwa negara itu telah menggunakan spyware untuk pengawasan, Rabu (21/7). Rabat telah membantah membeli atau menggunakan spyware Pegasus yang dilisensikan oleh kelompok NSO yang berbasis di Israel.
Dalam sebuah pernyataan melalui kantor berita MAP, jaksa mengatakan laporan itu termasuk dugaan dan tuduhan serius dalam kasus yang merusak kepentingan kerajaan yang lebih tinggi. Surat kabar Prancis Le Monde sehari sebelumnya melaporkan bahwa telepon Presiden Emmanuel Macron telah ditargetkan menggunakan Pegasus atas nama Maroko.
Sebelumnya, pemerintah Maroko menuduh media dan kelompok hak asasi yang telah melaporkan Pegasus atas serangan kebencian. Langkah itu bertujuan menempatkan Rabat di bawah kendali mereka dan menuntut memberikan bukti material atas tuduhan tersebut.
Laporan tersebut sangat berpotensi merusak hubungan Maroko dengan sekutu utama Eropa setelah perselisihan baru-baru ini dengan Spanyol dan Jerman. Isu itu beredar setelah Amnesty International dan sekelompok 17 organisasi media internasional melaporkan bahwa NSO telah menargetkan ribuan nomor telepon.
Jurnalisme nonprofit Forbidden Stories mengatakan Raja Maroko Mohammed VI dan anggota keluarga kerajaan lainnya juga menjadi sasaran klien NSO Maroko.
NSO mengeluarkan pernyataan menolak pelaporan oleh mitra media. Perusahan itu mengatakan laporan tersebut penuh dengan asumsi yang salah dan teori yang tidak mendukung. Produknya dimaksudkan hanya untuk digunakan oleh badan intelijen dan penegak hukum pemerintah untuk memerangi terorisme dan kejahatan.