REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS --- Pemerintah Tunisia menyelamatkan 166 migran yang terdampar di laut selama hampir sepekan. Petugas juga menemukan 16 mayat lainnya yang tewas dalam upaya melewati perairan Mediterania yang berbahaya ke Eropa.
Seperti dilansir Arab News pada Jumat (23/7), juru bicara Kementerian Pertahanan Tunisia Mohamed Zekri mengatakan para migran di antaranya adalah 65 orang Maroko, 62 orang Bangladesh, dan 15 orang Mesir yang berusia antara 15 dan 48 tahun. Mereka berangkat dari pantai Libya pada Jumat malam hingga Sabtu. Menurut Zekri kapal para migran mogok di Tunisia dekat pelabuhan selatan Zarzis.
Juru bicara Garda Nasional Houcem Eddine Jebabli mengkonfirmasi 16 dari kelompok itu tewas di dalam kapal. Penyelidikan pun sedang dilakukan untuk menentukan penyebab kematian.
Rute antara Libya dan Eropa dianggap yang paling berbahaya melintasi Mediterania. Lebih dari 890 orang diketahui tewas saat mencoba menyeberangi Laut Tengah sepanjang tahun ini. Jumlah kematian itu naik 130 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Sejak awal musim panas, jumlah penyeberangan telah meningkat karena para migran memanfaatkan cuaca yang baik dan laut lebih tenang.
Meskipun jatuh ke dalam kekacauan setelah jatuhnya rezim Muammar Qaddafi pada 2011, Libya telah menjadi batu loncatan yang disukai bagi para migran untuk mencari kehidupan lebih baik di Eropa.