REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Narapidana di dalam penjara paling ketat di Myanmar menggelar aksi protes. Berdasarkan penuturan warga dan rekaman video yang disebar di media sosial, di dalam penjara para tahanan menyanyikan lagu protes dan meneriakkan slogan anti-pemerintahan militer.
Pada Jumat (23/9), salah satu video yang merekam jalan dekat Penjara Insen di Yangon terdengar jelas suara teriakan yang mendukung pemerintahan Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint. Pengacara sejumlah narapidana mengatakan para tahanan menuntut agar tahanan politik segera dibebaskan.
Mereka juga menuntut agar regulasi penjara dilonggarkan dan mereka yang sakit diberi pengobatan. Pengacara itu tidak bersedia namanya disebutkan karena sensitivas kasus ini. Ia yakin perundingan sedang dilakukan.
Seorang warga setempat yang juga tidak bersedia namanya disebutkan karena khawatir diincar pemerintah militer mengatakan nyanyian dan teriakan anti-militer terdengarkan lebih dari dua jam. Pihak berwenang penjara tidak menanggapi permintaan komentar.
Saksi mata mengatakan kendaraan militer masuk kompleks penjara dan tentara berjaga di luar. Saat ini jumlah kasus infeksi dan kematian akibat virus korona di Myanmar sedang melonjak tajam.
Pandemi semakin membebani infrastruktur sistem kesehatan yang sudah lemah. Di sisi lain militer menangkap banyak dokter dan petugas kesehatan karena peran mereka dalam gerakan sipil anti-kudeta 1 Februari.
Organisasi aktivis Assistance Association for Political Prisoners menggelar survei di dalam penjara. Mereka menemukan penjara yang terlalu penuh mendorong penularan virus korona dengan cepat. Anggota komite eksekutif Partai National League for Democracy, yang dipimpin Suu Kyi, yakni Nyan Win, meninggal dunia setelah terinfeksi virus korona di Penjara Insen.