REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei meminta pemerintah yang akan datang untuk melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan krisis air di provinsi barat daya Khuzestan, Jumat (23/7). Dia mengatakan masalah kekurangan air adalah salah satu masalah mendesak di provinsi barat daya ini.
Khamenei menyinggung pejabat yang bertanggung jawab harus berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan masalah krisis air yang ada. "Orang-orang ini seharusnya tidak memiliki masalah dan jika masalah ini ditangani tepat waktu, situasi mengerikan seperti itu tidak akan terjadi," ujarnya.
Sehari sebelumnya dikutip dari kantor berita pemerintah Iran IRNA, Presiden Hassan Rouhani menekankan perlunya menghormati hak orang untuk memprotes kondisi kehidupan yang keras yang disebabkan oleh angin dan panas yang ekstrem. Rouhani memerintahkan Gubernur Jenderal provinsi Khuzestan, Qassem Soleimani Dashtaki, dalam panggilan telepon untuk menyelesaikan krisis air.
Rouhani meminta Dashtaki untuk menggunakan segala kewenangannya untuk memobilisasi fasilitas guna menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh orang-orang yang tinggal di provinsi barat daya ini dengan cepat. Dia mendengarkan laporan pejabat tentang situasi di provinsi dan langkah-langkah yang diambil untuk memecahkan masalah baru-baru ini.
Hasil laporan itu menunjukkan kesulitan yang dialami orang dalam kekurangan air di suhu setinggi 50 derajat sehingga hak bagi orang untuk memprotes situasi saat ini. Pemerintahnya mendengar suara dan protes mereka dan melakukan yang terbaik untuk memecahkan masalah kekurangan air dengan sangat cepat.
Rouhani mengatakan masalah saat ini disebabkan oleh kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Iran dan akumulasi masalah yang tersisa dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan kondisi itu, dia mendesak pemerintah provinsi untuk merespons dengan cepat kepada rakyat dan menjelaskan alasan situasi tersebut kepada mereka dengan cara yang sepenuhnya transparan dan akurat.
Telah muncul protes di beberapa kota provinsi Khuzestan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini didorong karena kurangnya air di tengah panas yang ekstrem.