REPUBLIKA.CO.ID, ACCRA -- Ghana berharap untuk mendapatkan lebih dari 18 juta dosis vaksin Covid-19 sebelum Oktober karena negara itu tengah berjuang menahan gelombang infeksi ketiga. Hal itu dikatakan Presiden Nana Akufo-Addo dalam pidatonya pada Ahad (25/7).
Kasus Covid-19 meningkat pesat di beberapa bagian Afrika Barat, sebagian karena munculnya varian Delta yang dianggap lebih menular daripada varian lainnya. Peningkatan tersebut menciptakan masalah yang sulit bagi negara-negara Afrika, yang sebagian besar telah lolos dari tingkat infeksi dan kasus serius seperti yang terjadi di wilayah lain.
Banyak dari mereka enggan melakukan karantina karena dampaknya terhadap ekonomi, tapi pada saat yang sama merekatidak bisa memperoleh vaksin secepat negara-negara kaya.
"Bangsa kita tengah dilanda gelombang ketiga infeksi Covid-19," kata Akufo-Addo. "Peningkatan infeksi ini sebagian besar dipicu oleh varian Delta."
Lebih dari 101.000 orang di Ghana telah tertular virus corona dan lebih dari 800 orang telah meninggal selama pandemi. Untuk mengatasi peningkatan infeksi, pemerintah Ghana sedang dalam proses membeli 17 juta vaksin Johnson & Johnson melalui Platform Pasokan Medis Afrika pada kuartal ketiga tahun ini, kata presiden.
Jumlah itu akan bertambah dengan 1 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech dari AS, hampir 230.000 dosis vaksin Pfizer dari Uni Afrika, dan 249.000 dosis vaksin AstraZeneca dari Inggris pada periode yang sama. Dibandingkan dengan banyak negara Afrika Barat lainnya, Ghana melakukan vaksinasi dengan baik dengan hampir 1,3 juta dosis vaksin yang sudah diberikan. Tetapi Ghana telah tertinggal dari target untuk memperoleh 17,6 juta dosis pada akhir Juni, sebagian karena penghentian pengiriman dari India di bawah skema pembagian vaksin Covax.
Akufo-Addo menyerukan penegakan pembatasanyang lebih ketat, termasuk pemakaian masker di tempat umum.
"Kita tidak bisa kembali ke masa karantina wilayah sebagian yang membawa banyak kesulitan," katanya.