Rabu 28 Jul 2021 02:00 WIB

Survei: Pandemi Picu Beban Mental Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan harus memiliki akses ke sumber daya kesejahteraan mental.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Tenaga kesehatan membawa pasien Covid-19 menuju RS Royal London, Inggris, Senin (14/6). Peningkatan frekuensi kerja tenaga kesehatan di tengah lonjakan kasus Covid-19 disertai beban mental berpotensi menyebabkan stres dan kecemasan, bahkan peristiwa traumatis.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Temuan ilmiah telah mengungkap bahwa tenaga kesehatan tiga kali lebih berisiko mengidap Covid-19 dibandingkan masyarakat umum. Tidak hanya itu, selama pandemi, staf perawatan kesehatan juga menyimpan beban mental tersendiri.

Peningkatan frekuensi kerja di tengah lonjakan kasus Covid-19 disertai beban mental berpotensi menyebabkan stres dan kecemasan, bahkan peristiwa traumatis. Utamanya, pada tenaga kesehatan yang tergabung dalam manajemen unit perawatan intensif.

Baca Juga

Studi terdahulu pada 2007 telah mengungkap risiko tinggi gangguan stres pascatrauma (PTSD) di antara staf perawat di unit perawatan intensif.  Mengingat tingginya tingkat kematian pasien Covid-19 dengan skala kasus parah, tidak diragukan lagi jika beban mental kian meningkat.

Tim dari Departemen Bedah dan Kanker, Imperial College Healthcare NHS Trust, Imperial College, London, Inggris, menggagas survei daring terkini terkait hal tersebut. Para peneliti berupaya mendapat pemahaman yang lebih baik tentang beban kesehatan mental tenaga kesehatan.

Tujuannya adalah untuk menetapkan prevalensi indeks depresi, insomnia, dan PTSD. Jajak pendapat dilakukan terhadap profesional kesehatan yang bekerja di unit perawatan intensif di Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Mesir, Taiwan, dan China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement