REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pasukan negaranya tidak akan lagi terlibat dalam misi tempur di Irak pada akhir tahun mendatang. Kendati demikian, personel militer AS bakal tetap berada di sana.
Dilaporkan laman Anadolu Agency, sesaat sebelum bertemu Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi di Oval Office pada Senin (26/7), Biden mengungkapkan, peran militer AS di Irak bakal bergeser. Dalam hal ini, mereka akan fokus pada pelatihan dan membantu pasukan Pemerintah Irak.
Biden pun menekankan Washington dan Baghdad bakal terus bekerja sama dalam kontra-terorisme. Terkait hal itu, Biden mengutip secara khusus ancaman yang ditimbulkan ISIS. Ia mengatakan operasi gabungan AS-Irak melawan kelompok teroris tersebut penting untuk stabilitas kawasan.
Terkait penanganan pandemi, Biden mengatakan AS mengirim setengah juta dosis vaksin Covid-19 ke Irak dalam beberapa pekan mendatang. Selama beberapa bulan terakhir, ISIS meningkatkan serangan di Irak, khususnya di provinsi Kirkuk, Salahuddin, dan Diyala.
Pada 2017, Irak telah mendeklarasikan kemenangan atas ISIS. Hal itu diumumkan setelah pasukan Irak berhasil merebut kembali semua wilayah yang sebelumnya dikuasai ISIS. Kendati demikian, ISIS diyakini masih memiliki sel-sel yang siap bangkit. Hal itu terbukti dengan adanya serangan sporadis terhadap warga sipil, pasukan keamanan, infrastruktur, dan target lainnya.