REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez menyatakan Kedutaan Besar Kuba di Paris, Prancis, diserang dengan bom bensin, Senin (26/7) malam. Serangan tersebut dituduhkan sebagai ulah dari Amerika Serikat (AS).
"Saya menganggap Pemerintah AS bertanggung jawab atas kampanye berkelanjutannya terhadap negara kita yang mendorong perilaku ini dan seruan kekerasan, dengan impunitas, dari wilayahnya," kata Rodriguez melalui akun Twitter.
Rodriguez tidak memberikan rincian insiden setelah serangan itu terjadi. Namun, Pusat Pers Internasional Kementerian Luar Negeri Kuba kemudian mengatakan, serangan itu terjadi sekitar tengah malam.
Dalam laporan tersebut, sebanyak tiga bom Molotov dilemparkan, dengan dua mengenai kedutaan dan membakarnya. Para diplomat Kuba memadamkan api ketika petugas pemadam kebakaran dan polisi Prancis tiba di tempat kejadian.
Selama tiga minggu terakhir, Kedutaan Besar Kuba di banyak kota di seluruh dunia telah menjadi tempat demonstrasi. Banyak orang melakukan penentangan setelah reaksi terhadap protes yang meletus di seluruh pulau pada 11 dan 12 Juli di negara tersebut terhadap pemerintah.
Kuba menuduh pemerintah AS mengobarkan kampanye media sosial yang bertujuan mengacaukan negara Karibia ini. Kuba saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang diperparah oleh pandemi virus corona dan sanksi AS.