REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengecam tindakan penguasa militer Myanmar pada Selasa (27/7). Dia mendesak blok regional, ASEAN untuk terus menuntut diakhirinya kekerasan.
“ASEAN jelas memainkan peran kunci, atau dapat memainkan peran kunci. Kami tentu akan terus mendorong ASEAN untuk terus menggarap isu ini,” kata Austin.
Austin memuji Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) atas upayanya untuk menyelesaikan krisis, termasuk konsensus yang dicapai dengan pemimpin militer Myanmar pada April. “Penolakan militer Myanmar untuk menghormati hak-hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Burma dan untuk mempertahankan kesejahteraan dasar mereka sama sekali tidak dapat diterima,” kata Austin dalam sebuah kuliah di Singapura.
Dokumen lima poin itu menyerukan diakhirinya segera kekerasan dan dimulainya dialog di antara pihak-pihak yang bertikai, dengan utusan khusus ASEAN yang menengahi dalam pembicaraan tersebut. Namun, utusan khusus masih belum ditunjuk.
“Militer ada untuk melayani rakyatnya, bukan sebaliknya. Jadi kami meminta militer Myanmar untuk mematuhi konsensus lima poin ASEAN dan untuk menciptakan perdamaian abadi," kata Austin.
Austin mengatakan AS akan bekerja dengan mitra di kawasan itu untuk mendesak militer Myanmar bergerak ke arah yang benar. Dia berjanji akan membantu membebaskan warga sipil yang dipenjara.
Pemimpin Pentagon yang sedang dalam tur Asia Tenggara itu bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada Selasa. Dia juga bertemu Menteri Pertahanan Ng Eng Hen untuk menegaskan kembali hubungan lama kedua negara.
Pensiunan jenderal Angkatan Darat bintang empat itu berharap untuk memperkuat hubungan dengan sekutu Asia Tenggara lainnya dalam beberapa hari mendatang. Dia akan mengunjungi Vietnam dan Filipina di tengah ketegangan di Laut China Selatan yang disengketakan, yang sebagian besar diklaim oleh China.
“Seperti yang telah dinasihati oleh Perdana Menteri Lee, kami tidak meminta negara-negara di kawasan itu untuk memilih antara Amerika Serikat dan China,” kata Austin.
“Faktanya, banyak kemitraan kami di kawasan ini lebih tua dari Republik Rakyat China sendiri. Itulah sebabnya kami memperluas pekerjaan penting kami dengan negara-negara di seluruh Indo-Pasifik dan dengan ASEAN sendiri, sebuah badan penting yang menyatukan kawasan ini, menawarkan suara kepada semua orang, membangun kebiasaan kerja sama yang lebih dalam," kata Austin.