REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang menyatakan kunjungan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin pada Senin (26/7) ke pulau Etorofu yang disengketakan telah melukai "perasaan rakyat Jepang."
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan "kunjungan ini sangat disesalkan, karena tidak sesuai dengan posisi yang konsisten Pemerintah Jepang di Wilayah Utara dan melukai sentimen rakyat Jepang."
Motegi mengatakan masalah ini belum terselesaikan lebih dari 70 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan Jepang telah melakukan negosiasi tentang perjanjian damai dengan Rusia. Pada Pembicaraan Telepon KTT Jepang-Rusia pada bulan September tahun lalu, kedua pemimpin menegaskan untuk "mempercepat negosiasi berdasarkan Deklarasi Bersama Jepang-Soviet tahun 1956."
Dengan latar belakang seperti itu, pernyataan itu menambahkan, kunjungan perdana menteri Rusia "tidak dapat diterima bagi Jepang dan itu tidak berkontribusi pada hubungan Jepang-Rusia sama sekali."
Berdasarkan deklarasi tersebut, setelah perjanjian damai antara dua saingan tercapai, Shikotan dan kelompok pulau Habomai, dua dari empat pulau yang disengketakan akan diserahkan ke Jepang. Jepang sangat mendesak pihak Rusia "untuk bertindak secara konstruktif" untuk kemajuan masa depan hubungan Jepang-Rusia, menuju kemajuan negosiasi perjanjian damai, termasuk kegiatan ekonomi bersama di Empat Kepulauan Utara.
Moskow menekankan bahwa pulau-pulau itu "diperoleh secara sah setelah Tokyo menyerah dalam perang," dan mendesak Tokyo untuk mengakuinya. Sementara, Tokyo melihat pengambilalihan itu sebagai "ilegal."