REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO—Duta Besar Mesir untuk Palestina Tariq Tayel memastikan bahwa Kairo terus mengadakan dialog dengan negara-negara lain mengenai rekonstruksi Gaza dan upaya untuk menstabilkan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Tayel mengatakan Kairo akan melanjutkan upayanya untuk rekonsiliasi dan menyoroti sejumlah upaya yang telah dilakukan sejauh ini, seperti membersihkan puing-puing bangunan yang hancur di Gaza untuk membuka jalan bagi proyek-proyek baru.
Dia mengatakan masalah Palestina akan tetap menjadi isu sentral di Timur Tengah.
“Upaya yang dilakukan terbagi dalam dua level, yang pertama adalah meluncurkan formula kerjasama tripartit antara masyarakat di Mesir, Yordania dan Palestina, dengan tujuan mengembangkan visi bersama untuk menghadapi tantangan yang dihadapi dan kebangkitan Inisiatif Perdamaian Arab,” katanya yang dikutip di Arab News, Rabu (28/7).
“Kedua, mendorong untuk menghidupkan kembali proses perdamaian di tingkat internasional dan bekerja untuk melakukan kontak internasional dalam determinan internasional untuk mencapai perdamaian,” tambah Tayel.
Menekankan kekuatan hubungan Mesir-Palestina, Tayel mengatakan mereka paling sering melampaui apa yang dapat dicapai pemerintah secara individu, atau apa yang dapat diakomodasi oleh pekerjaan diplomatik tradisional, karena ini adalah hubungan langsung antara dua bangsa yang menyatu. Sementara itu Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh, mengacu pada hubungan kedua negara sejak revolusi Mesir pada 23 Juli 1952, mengatakan, revolusi Juli adalah titik balik dalam sejarah Mesir dan seluruh wilayah Arab. Revolusi ini mengangkat nilai-nilai kebebasan, keadilan sosial dan kemandirian, kata dia menambahkan.
“Selama Revolusi Juli, kami menemukan komitmen Arab untuk Palestina, dan itu memperkuat ikatan darah antara rakyat Mesir dan pasukan nasionalnya, dan antara rakyat Palestina dan kekuatan revolusionernya. Mesir memiliki posisi tegas dalam mendukung Palestina, rakyatnya, perjuangannya, dan kepemimpinannya,” kata Shtayyeh.
“Kami bermitra dengan Mesir dalam solusi politik untuk mengakhiri pendudukan, mendirikan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, dan hak untuk kembali bagi para pengungsi. Kami adalah mitra dalam mengatakan dan percaya bahwa legitimasi Palestina diwakili oleh Organisasi Pembebasan Palestina dan pasukan tempurnya,” tambahnya.
Pada 10 Mei, kelompok bersenjata Palestina di Gaza mulai meluncurkan roket ke Israel. Pasukan Pertahanan Israel membalas, menembaki Gaza dengan pesawat, drone, dan artileri. Pertempuran pecah setelah kelompok pemukim Yahudi mencoba untuk mengusir dan menyita properti warga Palestina lama di Yerusalem Timur.
Adapun Inisiatif Perdamaian Arab disusun oleh Arab Saudi pada tahun 2002, dengan negara-negara Arab menawarkan hubungan normalisasi Israel dengan imbalan kesepakatan kenegaraan dengan Palestina dan penarikan penuh Israel dari wilayah yang direbut pada tahun 1967.