REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Karantina wilayah di Kota Sydney, Australia diperpanjang selama empat pekan. Kebijakan yang mulai berlaku Rabu (28/7) itu diumumkan setelah peraturan pembatasan sosial gagal menahan laju penyebaran virus corona di kota itu.
Pemerintah memperingatkan akan menerapkan peraturan yang lebih ketat apabila masyarakat tidak mematuhi aturan yang sudah ada. Awalnya karantina wilayah hanya akan diberlakukan tiga hari. Akan tetapi lima juta warga Sydney diminta untuk tetap tinggal di rumah hingga 28 Agustus.
Virus corona varian Delta yang sangat menular mulai menyebar di Sydney sejak bulan lalu. Pada Selasa (28/7) Negara Bagian New South Wales (NSW) melaporkan 177 kasus positif naik sedikit dibanding Senin (27/7) kemarin yang sebanyak 172.
Kenaikan jumlah kasus tertinggi terjadi sejak seorang sopir bandara dikabarkan membawa virus yang memicu wabah. NSW juga melaporkan seorang perempuan berusia 90-an adalah pasien Covid-19 ke-11 yang meninggal dunia selama wabah terbaru.
Pihak berwenang mengatakan 46 orang yang terinfeksi sempat berada di tengah masyarakat sebelum dites. Tampaknya hal itu dapat memicu penularan yang lebih luas lagi. Pemerintah mengatakan tidak akan melonggarkan peraturan pembatasan sosial sampai penularan di masyarakat mendekati nol.
"Saya sama kesal dan frustrasinya dengan Anda semua karena jumlah kasus yang kami inginkan belum tercapai saat ini tapi itulah kenyataannya," kata Perdana Menteri Negara Bagian NSW, Gladys Berejiklian, dalam pidatonya yang disiarkan televisi.
Berejiklian menambahkan polisi akan meningkatkan penegakan hukum peraturan pembatasan sosial. Ia meminta masyarakat untuk melaporkan pelaku pelanggaran. "Kami tidak bisa membiarkan orang terus melakukan pelanggaran karena hanya akan membuat kami mundur," katanya.
Ia mencontohkan satu kasus pelanggaran di mana sebuah pemakaman dihadiri 50 orang. Pelanggaran tersebut menimbulkan 45 kasus positif.
Perpanjangan karantina wilayah yang rencananya diterapkan 'sebentar' menjadi karantina wilayah terlama di kota terpadat di Australia sejak awal pandemi. Para ekonom memprediksi mungkin kondisi itu akan memicu resesi kedua pada perekonomian nasional yang senilai dua triliun dolar Australia dalam dua tahun terakhir.