REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin pada Kamis (29/7) mengatakan akan berupaya mendorong hubungan keamanan AS dengan Vietnam yang perlahan-lahan semakin dalam.
Upaya penguatan hubungan di bidang keamanan antara AS dan Vietnam dilakukan karena kedua negara telah menyaksikan aktivitas China di Laut China Selatan dengan kewaspadaan yang meningkat. Meskipun hubungan militer AS-Vietnam tumbuh, lebih dari empat dekade setelah Perang Vietnam berakhir pada 1975, pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan ada batasan untuk hubungan tersebut sampai Hanoi membuat kemajuan dalam capaian hak asasi manusia.
Vietnam telah muncul sebagai penentang paling vokal dari klaim teritorial China di Laut China Selatan dan telah menerima perangkat keras militer dari Amerika Serikat, termasuk kapal-kapal penjaga pantai AS. "(Vietnam) ingin memastikan bahwa AS akan tetap terlibat secara militer, dan AS akan melanjutkan kehadirannya di Laut China Selatan," kata Greg Poling dari Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Pada Rabu (28/7), sebuah kapal perang Angkatan Laut AS melakukan transit melalui Selat Taiwan. Operasi rutin semacam itu biasanya membuat marah Beijing. Direktur Departemen Hubungan Luar Negeri Kementerian Pertahanan Vietnam, Letnan Jenderal Vu Chien Thang, mengatakan bahwa pandemi virus corona dan langkah-langkah untuk "meningkatkan kemampuan penegakan hukum maritim" akan dibahas dalam pertemuan dengan pejabat AS.
Seorang pejabat senior pertahanan AS, yang enggan disebut namanya, mengatakan kedua negara juga akan menandatangani sebuah "nota kesepahaman" untuk membuat database yang akan membantu Vietnam mencari orang-orang yang hilang dalam perang. Pada Ahad (25/7), Amerika Serikat mengirimkan 3 juta dosis vaksin COVID-19 Moderna ke Vietnam. Kiriman itu meningkatkan jumlah vaksin yang diberikan oleh AS melalui skema vaksin global, Covax, menjadi 5 juta dosis.
Menhan AS Austin akan bertemu dengan mitranya bersama dengan presiden dan perdana menteri Vietnam. Sementara itu, Poling dari CSIS mengatakan ada batasan seberapa cepat dan jauh Vietnam merasa nyaman dengan hubungan yang semakin dalam dengan AS. Para ahli mengatakan ada kekhawatiran yang tersisa pada Vietnam tentang pendahulu Biden, Donald Trump, yang menarik diri dari pakta perdagangan Kemitraan Trans Pasifik pada 2017. Selain itu, ada juga batasan seberapa jauh Amerika Serikat bersedia memperdalam hubungan sebelum Vietnam meningkatkan catatan kinerja hak asasi manusianya.
Vietnam telah mengalami reformasi ekonomi dan perubahan sosial dalam beberapa dekade terakhir, tetapi Partai Komunis yang berkuasa mempertahankan cengkeraman ketat atas media dan hanya sedikit menoleransi perbedaan pendapat. Di Singapura pada Selasa (27/7), Austin mengatakan Amerika Serikat akan selalu memimpin (hubungan internasional) dengan nilai-nilainya.
"Kami akan mendiskusikan nilai-nilai itu dengan teman dan sekutu kami ke mana pun kami pergi dan kami tidak akan mempermasalahkannya," kata Austin.
Pada Juli, calon duta besar AS berikutnya untuk Vietnam yang dinominasikan Biden, Marc Knapper berjanji untuk meningkatkan hubungan keamanan kedua negara. Namun, Knapper juga mengatakan hubungan AS-Vietnam hanya dapat mencapai potensi penuh jika Hanoi membuat kemajuan signifikan dalam hal hak asasi manusia.