REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Negara bagian Kerala di India selatan pada Kamis (29/7) mengumumkan lockdown dua hari untuk menahan laju penyebaran COVID-19. Pihak berwenang federal berencana mengirim ahli ke sana untuk membantu.
Kasus harian di India telah menurun setelah mengalami gelombang kedua yang dahsyat dan membuat sistem kesehatan kewalahan. Upaya vaksinasi juga semakin meningkat.
Namun, para ahli telah memperingatkan pihak berwenang untuk tidak terburu-buru membuka kota-kota. Kerala, dengan kasus aktif mencapai 154.000-an, menyumbang 37,1 persen pada total kasus aktif di India. Tingkat positivitas kasus yang menunjukkan kecepatan penyebaran virus kini menjadi yang tertinggi di negara itu.
"Pembatasan ketat yang diintensifkan secara khusus sedang diterapkan di daerah-daerah dengan tingkat positivitas tes yang tinggi," kata dinas bencana negara bagian itu dalam sebuah pernyataan, dikutip reuters, Kamis.
Selama empat pekan terakhir, tujuh dari 14 distrik di Kerala melaporkan tren kasus baru infeksi harian yang meningkat, menurut data pemerintah yang dirilis awal pekan ini. Pada Kamis, pemerintah federal mengatakan mereka mengirim enam ahli untuk memonitor daerah-daerah terparah di Kerala dan bekerja dengan otoritas setempat untuk menyusun strategi mengatasi wabah.
Pemerintah pusat India telah menyerahkan keputusan lockdown dan pembukaan kembali kepada otoritas negara bagian. Kebijakan itu membuat tanggap darurat menjadi tidak merata, yang menurut para ahli telah menyebabkan munculnya daerah-daerah berisiko baru, bahkan ketika jumlah infeksi menurun di episentrum sebelumnya.
India pada Kamis mencatat 43.509 kasus baru virus corona dalam 24 jam sebelumnya, sehingga totalnya mencapai 31,53 juta, meski para ahli yakin angka sebenarnya bisa lebih tinggi. Angka total itu menjadi yang kedua terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat.
Maharashtra di bagian barat, pusat industri India, menjadi negara bagian kedua yang paling terdampak, dengan kontribusi 20 persen dari total kasus, menurut data resmi. Maharashtra, negara bagian paling terhantam oleh gelombang kedua yang dahsyat, telah mencabut pembatasan lockdown bulan lalu untuk memulihkan ekonomi.
Tingkat reproduksi (R value) virus corona di India mencapai puncak pada 24 Juli untuk pertama kalinya sejak Mei ketika jumlah infeksi harian mencapai hampir 400.000, sehingga meningkatkan risiko penularan yang lebih cepat.
"Angka (R value) diperkirakan akan naik saat kita membuka kembali negara ini," kata Bhramar Mukherjee, profesor epidemiologi di Universitas Michigan, lewat Twitter.