REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Korea Selatan (Korsel) telah menyampaikan proposal baru ke Korea Utara (Korut) untuk membahas pengaturan sistem konferensi virtual guna mengadakan pembicaraan antar-Korea. Proposal itu dibuat melalui hotline yang telah dipulihkan setelah hampir 14 bulan ditangguhkan.
“Kemarin (Kamis), kami mengusulkan membahas masalah pengaturan sistem untuk pembicaraan virtual melalui kantor penghubung kami dan Korut telah menerima dokumen proposal kami,” kata Menteri Unifikasi Korsel Lee In-young dalam konferensi pers, Jumat (30/7) dikutip dari laman kantor berita Korsel, Yonhap.
Saat ini Korsel tengah menantikan respons Pyongyang. “Kami berharap Korut akan merespons positif proposal kami sehingga kami dapat mengatur sistem konferensi virtual lebih awal,” ujar Lee.
Dia mengatakan pemerintah Korsel akan berupaya menyelesaikan pengaturan sistem pembicaraan virtual atau pembicaraan langsung yang aman. Hal itu guna memajukan pembicaraan antar-Korea yang macet di tengah pandemi.
"Sekarang saluran komunikasi antara kedua Korea telah dipulihkan. Kami sekarang akan membahas ide-ide kami untuk membangun saluran komunikasi dengan Korut dan terus mempersiapkan agar dialog dapat berlangsung kapan saja," ujar Lee.
Secara teknis, Korsel dan Korut sebenarnya masih berperang. Kedua negara belum menandatangani perjanjian damai setelah terlibat perang pada 1950-1953.