REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Singapura menyarankan warganya yang berada di Myanmar agar pulang sesegera mungkin dari negara yang dilanda kudeta militer sejak 1 Februari tersebut.
Dalam jawaban tertulis kepada parlemen, Senin malam, Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengungkapkan terdapat 240 warga Singapura di Myanmar yang telah terdaftar di Kementerian Luar Negeri.
“Situasi di Myanmar tetap bergejolak, diperparah oleh lonjakan jumlah kasus Covid-19 baru-baru ini yang telah memberikan tekanan luar biasa pada sistem kesehatan publik di Myanmar,” ungkap Vivian.
Menurut Vivian, saat ini terdapat tiga penerbangan bantuan dalam satu minggu dari Yangon ke Singapura yang dioperasikan oleh Singapore Airlines dan Myanmar National Airlines.
Warga Singapura di Myanmar yang ingin pulang dapat memesan penerbangan tersebut secara langsung dengan kedua maskapai. Namun, MFA tidak dapat menjamin penerbangan tersebut akan terus berlanjut sepanjang Agustus dan seterusnya.
Vivian mengungkapkan ada kemungkinan pihaknya nanti tidak akan diizinkan untuk menggelar penerbangan repatriasi.
“Akibatnya, MFA telah menyarankan warga Singapura yang saat ini berada di Myanmar mempertimbangkan untuk pergi sesegera mungkin melalui penerbangan yang dioperasikan secara komersial,” ucap Vivian.
Vivian mengingatkan warga Singapura yang memilih tetap berada di Myanmar harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan mereka.
Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.
Berdasarkan laporan kelompok masyarakat sipil, 945 orang tewas setelah lebih dari enam bulan militer Myanmar melakukan kudeta dan 5.474 orang masih ditahan hingga 2 Agustus.