REPUBLIKA.CO.ID, SANTO DOMINGO -- Ribuan babi di Republik Dominika akan dimusnahkan karena wabah demam babi Afrika. Wabah ditemukan di 11 dari 23 provinsi negara itu, kata pihak berwenang, Senin (2/8).
Fernando Duran, administrator perusahaan negara Banco Agricola, mengatakan bahwa pemerintah akan membayar para peternak babi harga pasar setiap hewan yang dimusnahkan. Pengumuman soal pemusnahan itu muncul setelah pihak berwenang mengirim 389 sampel dari peternakan babi di seluruh negeri ke sejumlah laboratorium di Amerika Serikat.
Pengiriman sampel dilakukan setelah pada Juli banyak hewan mati di tiga provinsi. Pihak berwenang mengatakan satu-satunya cara untuk menghentikan penyakit yang mematikan dan belum ada vaksinnya itu adalah dengan memusnahkan seluruh populasi babi di peternakan-peternakan yang telah terdeteksi.
Pejabat masih menyelidiki asal mula wabah tersebut dan belum mengatakan berapa banyak babi yang akan dimusnahkan. Julio Cesar Estevez, direktur Kementerian Pertanian di wilayah Barat Laut, mengatakan kepada Reuters bahwa pemusnahan hewan akan dilaksanakan oleh brigade yang dilengkapi dengan pakaian biosekuriti.
Brigade juga yang akan mengubur hewan-hewan tersebut sedemikian rupa agar penyebaran wabah tidak berlanjut. Selain itu, para petugas pemusnah akan menyita babi-babi yang dipelihara secara pribadi untuk konsumsi pribadi. Ia memperkirakan bahwa wabah tersebut bisa diberantas dalam waktu sekitar lima bulan jika operasi pemusnahan populasi babi segera dilakukan.
Rafael Abel, kepala komite pertanian di majelis rendah Kongres, pekan lalu memperkirakan bahwa gerakan pemusnahan babi akan mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar 180 juta dolar AS (sekitar Rp2,5 triliun). Daging babi adalah makanan pokok di negara Karibia itu dan biasanya merupakan bahan inti masakan untuk makan malam Natal di sana.