REPUBLIKA.CO.ID, MILAS -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negara itu sedang berjuang melawan kebakaran hutan terburuk dalam sejarahnya, Rabu (4/8). Kebakaran menyebar ke pembangkit listrik di barat daya negara itu setelah melalap sebagian besar hutan pantai menjadi abu.
"Kebakaran yang terjadi tahun ini tidak pernah terjadi dalam sejarah kami. Ini (wabah) terbesar," kata Erdogan kepada wartawan dalam wawancara yang disiarkan televisi.
Dipicu suhu tinggi dan angin kering yang kuat, kebakaran telah memaksa ribuan orang Turki dan turis asing meninggalkan rumah dan hotel di dekat pantai Aegea dan Mediterania. Sebanyak delapan orang tewas dalam kebakaran tersebut sejak pekan lalu.
Pesawat dan belasan helikopter telah bergabung dengan sejumlah kru darurat di lapangan untuk memerangi api. Namun, Pemerintah Erdogan telah menuai kritik atas kecepatannya merespons bencana ini. Lebih dari sepekan setelah kebakaran pertama terjadi, 16 titik api masih menyala pada Rabu.
"Dalam dua pekan terakhir, kebakaran di Turki telah membakar lebih dari tiga kali wilayah yang terkena dampak rata-rata setahun," kata sebuah badan pemadam kebakaran Eropa. Negara-negara tetangga juga telah memerangi kobaran api yang dipicu oleh gelombang panas dan angin kencang.