REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Uni Eropa menyerukan penerapan gencatan senjata segera di Afghanistan. Hal itu disampaikan saat pasukan Afghanistan terlibat pertempuran sengit di beberapa wilayah di negara tersebut.
“Uni Eropa menyerukan gencatan senjata segera, komprehensif, dan permanen untuk memberi kesempatan pada perdamaian. Kekerasan yang tidak masuk akal ini menimbulkan penderitaan yang sangat besar bagi warga Afghanistan dan meningkatkan jumlah pengungsi internal yang mencari keselamatan serta perlindungan,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Joseph Borrell dalam sebuah pernyataan pada Kamis (5/8), dikutip laman Sputnik.
Uni Eropa mengecam aksi Taliban menyerang kantor PBB di Afghanistan. Kecaman turut disampaikan terkait serangan bom mobil yang menargetkan kediaman Menteri Pertahanan Afghanistan Bismillah Mohammadi.
Taliban mengancam akan melakukan lebih banyak serangan yang menargetkan para pemimpin Pemerintah Afghanistan. “Serangan (ke kediaman Mohammadi) itu adalah awal dari operasi pembalasan terhadap lingkaran dan pemimpin pemerintahan Kabul yang memerintahkan serangan serta pemboman di berbagai bagian negara,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam sebuah pernyataan pada Rabu (4/8), dikutip laman Al Araby.
Pada Selasa (3/8) lalu, rumah Mohammadi menjadi target serangan bom mobil. Saat insiden terjadi, dia sedang tidak berada di kediamannya. Namun keluarganya segera dievakuasi. Para pelaku juga sempat melepaskan tembakan di dekat Zona Hijau yang dijaga ketat. Selain gedung pemerintahan, kawasan Zona Hijau turut menampung kedutaan besar sejumlah negara.
Pasukan khusus segera dikerahkan ke lokasi kejadian. Baku tembak sempat terjadi dan berlangsung selama tiga jam. Setidaknya delapan orang, empat di antaranya adalah pelaku penyerangan, dilaporkan tewas dalam kejadian tersebut. Sementara korban luka mencapai lebih dari 20 orang. Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Saat ini, pasukan Afghanistan sedang berusaha membendung perlawanan Taliban. Sejak Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya memutuskan hengkang dari Afghanistan, Taliban mulai melancarkan serangan untuk merebut dan menguasai kembali wilayah-wilayah di negara tersebut.