REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, mengatakan pihaknya akan membalas setiap serangan udara Israel di Lebanon dengan proporsional. Pada Kamis (5/8), Israel melakukan serangan udara pertamanya di tanah Lebanon dalam 15 tahun, sehingga mendorong Hizbullah untuk melakukan serangan balasan.
“Kami ingin memberi tahu musuh bahwa setiap serangan udara oleh angkatan udara Israel di Lebanon pasti akan mendapat tanggapan, dengan cara yang sesuai dan proporsional, karena kami ingin melayani tujuan melindungi negara kami,” ujar Nasrallah, dilansir Aljazirah, Ahad (8/8).
Nasrallah menggambarkan serangan udara minggu ini sebagai perkembangan yang sangat berbahaya. Dia mengatakan Hizbullah tidak menginginkan perang.
"Kami tidak ingin perang dan kami tidak ingin menuju perang, tetapi kami siap untuk itu jika perlu," kata Nasrallah.
Tembakan roket Hizbullah ke Israel pada Jumat (7/8) pagi memicu serangan balasan dari Israel. Hal itu mendorong penjaga perdamaian PBB untuk memperingatkan situasi yang sangat berbahaya. Namun Israel mengatakan, mereka tidak ingin eskalasi tersebut meningkat menjadi perang. Amerika Serikat mendesak pemerintah Lebanon untuk mencegah Hizbullah menembakkan roket ke Israel.
Hizbullah dan Israel terlibat konflik selama 33 hari pada musim panas 2006. Konflik itu menewaskan 1.200 orang di Lebanon, yang sebagian besar warga sipil. Di sisi lain, 160 orang Israel tewas dalam serangan tersebut dan sebagian besar adalah tentara.
Konflik itu berakhir dengan gencatan senjata yang didukung PBB pada 14 Agustus 2006. Tentara Lebanon kemudian ditempatkan di sepanjang daerah perbatasan.
Hizbullah adalah satu-satunya pihak yang tidak melucuti senjatanya setelah perang saudara Lebanon 1975-1990.
Mereka telah lama menjadi sasaran sanksi AS dan masuk daftar hitam sebagai organisasi teroris. Tetapi, Hizbullah juga merupakan pemain politik yang kuat dan memiliki kursi di parlemen Lebanon.