REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan Teheran dan sekutu-sekutunya akan membuat Amerika Serikat (AS) 'menyesali' kebijakannya pada Iran. Hal itu ia sampaikan saat bertemu dengan Ketua House of Representative Belarusia, Vladimir Andreichenko.
"AS salah untuk mengira dapat menahan pembangunan negara lain dengan menggunakan sanksi, Iran berkolaborasi dengan negara-negara sekutu, bergerak aktif melanjutkan jalur pembangunan, dan dengan langkah ini akan membuat AS menyesal," kata Raisi seperti dikutip Middle East Eye, Jumat (13/8).
Pernyataan ulama garis keras yang dikutip dari situs pemerintah Iran itu disampaikan saat perundingan kesepakatan nuklir 2015 antara Washington dan Teheran sedang mengalami kebuntuan. Sementara, pembicaraan mengenai tukar tahanan antara dua negara juga mengalami kegagalan.
Surat kabar garis keras, Kayhan yang sepenuhnya mendukung Raisi dalam kampanye presiden Juni lalu mengancam Iran tidak akan tetap diam. Negara itu akan merespons serangan terhadap kepentingannya.
Ketegangan antara Iran dan Israel juga meningkat setelah kapal tanker yang dikelola perusahaan Israel di serang di Laut Oman. Tel Aviv mengancam Iran dengan aksi militer, dan Teheran menekankan akan membalasnya.
AS, Inggris, Israel, dan Romania menyalahkan Iran atas serangan yang menewaskan dua orang awak kapal Mercer Street itu. Namun, Iran membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengancam pasukan militer Iran akan merespons setiap serangan ke negara itu.
"Setiap tindakan bodoh terhadap Iran akan menerima respon keras, jangan uji kami," cicit Khatibzadeh di Twitter pada 5 Agustus lalu.