REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta semua pemerintah di dunia bekerja sama untuk mempercepat studi tentang asal-usul Covid-19. Kendati demikian, WHO menyerukan agar isu tersebut tak dipolitisasi.
“WHO menegaskan kembali bahwa pencarian asal-usul SARS-Cov-2 (penyebab Covid-19) tidak dan tidak boleh menjadi latihan untuk menyalahkan, menuding, secara politik,” kata WHO dalam sebuah pernyataan pada Kamis (12/8).
Pada akhir Juli lalu, China mengecam Amerika Serikat (AS) karena dinilai memanipulasi pandemi Covid-19 untuk tujuan politik. Washington diketahui telah melayangkan tudingan bahwa Covid-19 kemungkinan muncul akibat kebocoran laboratorium di Wuhan.
"Kami menyarankan AS bahwa manipulasi politik tidak dapat mengalahkan pandemi. Hal itu akan mendapat sedikit dukungan dan pasti akan gagal,” kata Utusan Tetap China untuk PBB Dai Bing dalam pertemuan informal Majelis Umum PBB tentang respons pandemi Covid-19, dilaporkan Xinhua, pada 29 Juli lalu.
Dai menegaskan China telah menjadi peserta aktif dalam kerja sama internasional dalam mengungkap asal-usul Covid-19. Hal itu dibuktikan dengan dua kali mengundang para ahli WHO ke negaranya untuk melakukan penelitian bersama. "Para ahli mengunjungi semua tempat yang ingin mereka kunjungi. Mereka bertemu dengan semua orang yang ingin mereka temui. Mereka mencapai kesimpulan berdasarkan sains bahwa sangat tidak mungkin virus itu bocor dari laboratorium,” kata Dai.
Ia menyebut, atas dasar penemuan itu, para ahli mengusulkan pencarian kemungkinan kasus awal dalam skala global. “Saran penting ini telah mendapat dukungan luas secara internasional,” ucapnya.
Dai menyarankan AS menghormati sains dan berhenti merusak kerja sama internasional dalam perang melawan pandemi, sekaligus upaya mengungkap asal-usul Covid-19. “AS harus menyambut para ahli WHO melakukan penelitian asal di AS dengan sikap terbuka dan transparan,” katanya.
Pernyataan Dai yang terakhir berkaitan dengan dugaan Covid-19 terlebih dulu ditemukan di AS sebelum di Wuhan. Pada pertengahan bulan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan penyelidikan asal-usul Covid-19 terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebarannya di Wuhan. Terkait hal tersebut, WHO meminta China bekerja sama dan lebih transparan.
“Kami meminta China untuk transparan dan terbuka serta bekerja sama (dalam penyelidikan asal-usul Covid-19). Kita berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi,” kata Ghebreyesus dalam konferensi pers pada 15 Juli lalu.