Sabtu 14 Aug 2021 20:12 WIB

Kanada akan Relokasi Warga Afghanistan yang Rentan

Pasukan khusus Kanada sudah di Afghanistan kawal upaya relokasi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Indira Rezkisari
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.
Foto: EPA
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kanada berencana memukimkan kembali lebih dari 20 ribu warga Afghanistan yang rentan, untuk melindungi mereka dari pembalasan Taliban. Menteri Imigrasi Marco Mendicino pada Jumat (13/8) mengatakan, mereka yang akan dievakuasi ke Kanada termasuk pemimpin perempuan, pekerja hak asasi manusia dan wartawan.

Upaya tersebut merupakan tambahan dari inisiatif sebelumnya. Kanada akan mengevakuasi warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah Kanada, seperti penerjemah, pekerja kedutaan dan keluarga mereka. Mendicino mengatakan, rencana baru tersebut juga mencakup orang-orang yang ingin meninggalkan Afghanistan dan mereka yang sudah berada di negara-negara tetangga.

Baca Juga

"Sejalan dengan Taliban yang terus mengambil alih lebih wilayah Afghanistan, maka akan lebih banyak nyawa warga Afghanistan yang terancam," kata Medicino.

Menteri Pertahanan Harjit Sajjan mengatakan, beberapa pasukan khusus Kanada berada di Afghanistan untuk mengawal upaya relokasi. Namun dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

“Tantangan di lapangan cukup besar,” kata Sajjan.

Taliban telah merebut kota-kota terbesar kedua dan ketiga di Afghanistan ketika perlawanan dari pasukan pemerintah mulai runtuh. Taliban telah membuat kemajuan besar dalam beberapa hari terakhir, dengan merebut Herat dan Kandahar yang merupakan kota terbesar kedua dan ketiga di Afghanistan. Taliban sekarang telah merebut 18 dari 34 provinsi Afghanistan.

 "Kami tahu situasinya mengerikan. Ini semakin buruk dari jam ke jam," kata Mendicino, dilansir dari Reuters, Sabtu (14/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement