Senin 16 Aug 2021 05:50 WIB

Taliban akan Umumkan Negara Emirat Islam di Istana Presiden

Presiden Ashraf Ghani telah meninggalkan Afghanistan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.
Foto: EPA
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang pejabat Taliban mengatakan, Taliban akan segera mendeklarasikan negara Emirat Islam Afghanistan dari istana kepresidenan di ibu kota, Kabul.

"Islamic Emirate of Afghanistan" adalah nama negara di bawah pemerintahan Taliban yang digulingkan oleh pasukan pimpinan AS setelah serangan 11 September 2001. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk memberi tahu media.

Baca Juga

Sementara itu, Ashraf Ghani telah meninggalkan Afghanistan pada Ahad (15/8) setelah kemajuan pesat Taliban menguasai beberapa wilayah dan masuk ke ibu kota Kabul. Presiden Ghani meninggalkan negara itu beberapa jam setelah Taliban memasuki ibu kota. Belum jelas ke mana dia menuju, atau bagaimana kekuasaan akan dipulihkan.

Presiden terpilih pertama pada 2014, Ghani mengambil alih kepemimpinan Afghanistan dari Hamid Karzai, yang memimpin Afghanistan setelah invasi pimpinan AS pada 2001. Kala itu dia juga mengawasi penyelesaian misi tempur AS, penarikan pasukan asing yang hampir selesai dari negara itu, serta proses perdamaian yang kacau dengan pemberontak Taliban.

Dia menjadikan upaya untuk mengakhiri perang selama beberapa dekade sebagai prioritas utamanya. Ghani juga telah memulai pembicaraan damai dengan pemberontak di ibukota Qatar, Doha pada 2020.

Baca juga : Taliban Kuasai Kabul, PBB Desak Lindungi Perempuan dan Anak

Namun, Ghani, yang dikenal karena temperamennya yang cepat di samping pemikirannya yang dalam, tidak pernah diterima oleh Taliban dan pembicaraan damai hanya membuat sedikit kemajuan. Pemerintah asing frustrasi dengan lambatnya kemajuan pembicaraan, dan seruan tumbuh untuk pemerintah sementara untuk menggantikan pemerintahannya.

Selama masa kepresidenannya, ia berhasil menunjuk generasi baru pemuda Afghanistan yang berpendidikan ke dalam posisi kepemimpinan pada saat koridor kekuasaan negara itu ditempati oleh segelintir tokoh elite dan jaringan patronase.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement