REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA — Lonjakan varian delta telah memicu serbuan vaksinasi di seluruh Afrika. Serbuan vaksinasi ini tidak dapat diikuti oleh jumlah dosis yang disumbangkan.
Urgensi untuk mendapatkan dosis kedua di sebagian besar benua yang paling sedikit divaksinasi di dunia ini sangat kontras dengan negara-negara kaya yang sekarang mulai mengizinkan dosis ketiga.
Dr. Alfred Driwale, pejabat tinggi program imunisasi Uganda, mengatakan dengan sedih bahwa 5 juta orang Uganda yang memenuhi syarat untuk vaksinasi, mulai dari tentara hingga petugas kesehatan, berebut untuk mendapatkan suntikan. Suntikan diberikan kepada siapapun yang pertama kali datang.
"Anda tidak bisa membuat kebijakan ketika tidak ada kepastian pasokan," kata Driwale, dilansir di AP News, Senin (16/8).
Pejabat kesehatan di seluruh 54 negara Afrika telah berulang kali menyatakan kekecewaan atas apa yang mereka lihat sebagai nasionalisme vaksin. Sebab, negara-negara kaya tampaknya menimbun dosis sementara negara-negara miskin tertinggal jauh di belakang.
Pada bulan Juni, di tengah kekurangan yang parah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa kampanye vaksinasi di Afrika telah hampir berhenti. Kurang dari 2 persen dari 1,3 miliar orang di benua itu telah divaksinasi sepenuhnya. Negara-negara Afrika telah menerima lebih dari 100 juta dosis vaksin.
Menurut direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, John Nkengasong, sumbangan AstraZeneca dari negara-negara seperti Prancis tidak dianggap jumlah yang besar dalam upaya untuk memvaksinasi 60 persen populasi Afrika pada akhir tahun 2022.
"Vaksin terbaik untuk digunakan sebagai dosis kedua adalah vaksin apa pun yang tersedia," tambahnya.
Ia menggunakan contoh mendapatkan dosis AstraZeneca pertama dan kemudian vaksin Johnson & Johnson sekali pakai, yang mulai tiba di negara-negara Afrika setelah benua tersebut membeli 400 juta dosis. Uganda baru-baru ini menerima 300 ribu dosis vaksin Sinovac China yang menurut pihak berwenang tidak dapat digunakan dalam kombinasi dengan AstraZeneca.