REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Jerman memiliki tanggung jawab untuk mengevakuasi 10 ribu orang dari Afghanistan. Ia memperingatkan konflik di negara itu akan berdampak jangka panjang.
Pernyataan yang disampaikan dalam pertemuan tertutup partai Christian Democratic Union (CDU) itu mencerminkan kekhawatiran terjadinya pertumpahan darah setelah Taliban merebut Kabul dan menguasai Afghanistan.
"Kami menyaksikan masa sulit, sekarang kami harus fokus pada misi penyelamatan," kata Merkel seperti dikutip Aljazirah, Selasa (17/8).
Merkel mengatakan yang memerlukan evakuasi antaranya 2.500 staf warga negara Afghanistan, aktivis hak asasi manusia, pengacara dan pihak-pihak yang pemerintah anggap terancam bila tetap di Afghanistan. Jumlahnya hingga 10 ribu orang.
Ia juga mengatakan Berlin harus bekerja sama dengan negara-negara yang berbatasan dengan Afghanistan untuk membantu para pengungsi meninggalkan negara itu. "Topik ini sudah sangat lama membuat negara kami sibuk," katanya.
Namun, Sekretaris Jenderal CDU Paul Ziemak mengatakan Jerman tidak bisa memperbaiki situasi di Afghanistan dengan terus membuka pintu imigrasi, kebijakan yang diterapkan pada 2015. Satu juta pengungsi masuk ke Jerman setelah perekonomian terbesar di Eropa itu membuka pintunya enam tahun yang lalu. Sebagian besar pengungsi dari Suriah yang lari dari perang dan kemiskinan ekstrem. Langkah berani Merkel itu mendapat pujian dari luar negeri tapi memicu kontroversi di Jerman dan mengikis dukungan terhadap partainya.
"Bagi kami jelas 2015 tidak boleh terulang, kami tidak dapat menyelesaikan permasalahan Afghanistan melalui imigrasi ke Jerman," kata Ziemiak di stasiun televisi.
Merkel yang berkuasa sejak 2005 tidak akan maju dalam pemilihan federal 26 September mendatang. Kandidat kanselir CDU Armin Laschet yang maju dalam pemilihan itu mengatakan Afghanistan menjadi kegagalan NATO sejak awal.
Dalam pertemuan itu, Menteri Pertahanan Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan Jerman telah mengerahkan pasukan khusus dan pasukan penerjung payung untuk membantu proses evakuasi. Ia menambahkan misi tersebut 'sangat berbahaya' bagi pasukan Jerman.
"Selama masih memungkinkan, tentara Jerman akan membawa sebanyak orang untuk keluar dari Afghanistan dan mempertahankan jembatan udara," katanya.
Ia menambahkan hal itu tergantung kesediaan Amerika Serikat (AS) untuk tetap membuka bandara. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan saat ini tidak ada penerbangan evakuasi dari bandara Kabul sebab masyarakat yang ingin keluar dari negara itu menghalangi landasan.
Juru bicara itu menambahkan semalam 40 staf kedutaan Jerman sudah terbang ke Doha, Qatar. Ia mengatakan saat ini kurang dari 10 orang staf kedutaan yang masih berada di bandara Kabul untuk mengkoordinasikan evakuasi.