Rabu 18 Aug 2021 11:08 WIB

Di Balik Perubahan Sikap China Terhadap Taliban

China dulu menolak mengakui kekuasaan Taliban, namun saat ini sudah berubah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Taliban berjaga di gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.
Foto: AP/Rahmat Gul
Taliban berjaga di gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Ketika Taliban mengambil alih Afghanistan untuk pertama kalinya pada tahun 1996, China menolak untuk mengakui kekuasaan mereka dan menutup kedutaan mereka selama bertahun-tahun. Kali ini, Beijing berbalik menjadi salah satu negara yang pertama merangkul militan Taliban.

Pergeseran sikap China terlihat ketika Menteri Luar Negeri Wang Yi menyambut delegasi Taliban di Tianjin, sekitar dua pekan lalu. Delegasi Taliban mengunjungi China, ketika kelompok itu telah menguasai wilayah strategis Afghanistan dan memenangkan pertempuran melawan pasukan keamanan.

Baca Juga

Dukungan Wang merupakan hal penting bagi Taliban dalam memerintah Afghanistan, dan memberikan legitimasi bagi sebuah organisasi yang telah lama dicap sebagai pendukung terorisme serta melakukan penindasan terhadap perempuan. Kekhawatiran Beijing tentang ekstremisme Islam di kalangan minoritas Uighur semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini membuat Cina membangun pos polisi yang luas, yang berdekatan dengan Afghanistan. Selain itu, persaingan yang semakin ketat dengan Amerika Serikat (AS) telah mendorong Presiden Cina Xi Jinping mengambil setiap kesempatan, untuk melawan dominasi Washington dan mendorong pasukan Amerika menjauh dari perbatasannya.

"Cina berharap Taliban dan pemerintah Afghanistan dapat bersatu dengan partai politik lain, dan dengan semua kelompok etnis serta membangun kerangka politik sesuai dengan kondisi nasional yang inklusif secara luas dan akan meletakkan dasar bagi perdamaian abadi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying, dilansir NDTV dari tulisan Bloomberg, Rabu (18/8).

Baca juga : Taliban tak Menyangka bisa Kuasai Afghanistan dengan Cepat

Hua mengatakan, China akan berhenti mendukung pemerintahan Taliban, jika  situasi di Afghanistan mengalami perubahan besar. Sebelumnya pada 28 Juli, Wang menekan Kepala Perunding Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar untuk membuat kesepakatan dengan Gerakan Islam Turkestan Timur.  China menyalahkan kelompok itu atas serangan teroris di wilayah Xinjiang.

Dalam pertemuan itu, Baradar berjanji bahwa Taliban tidak akan pernah membiarkan kelompok militan manapun menggunakan wilayah Afghanistan, untuk terlibat dalam tindakan yang merugikan Cina. "Sikap Cina terhadap rezim yang dipimpin Taliban akan tergantung pada kebijakannya, misalnya, apakah Taliban akan menepati janjinya dan tidak menjadi sarang kekuatan ekstrem yang memiliki hubungan dengan Cina," kata seorang profesor di Middle Institut Studi Timur Universitas Studi Internasional Shanghai, Fan Hongda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement