REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Taliban menyatakan perang berdarah dan pendudukan oleh pasukan asing selama 20 tahun telah berakhir dan kelompok itu bersiap untuk mendirikan pemerintahan Islam di Afghanistan.
Dalam konferensi pers perdananya di Ibu kota Kabul, juru bicara Taliban Zabiullah Mujahed mengatakan keselamatan dan keamanan warga Kabul dan misi diplomatik asing di Zona Hijau sangat penting bagi Taliban.
Mujahed secara khusus meyakinkan ini kepada Amerika Serikat, PBB, komunitas internasional lainnya, dan lembaga-lembaga kemanusiaan.
"Keamanan kedutaan di Kabul sangat penting bagi kami; ingin meyakinkan semua negara asing bahwa pasukan kami ada di sana untuk memastikan keamanan semua kedutaan, misi, organisasi internasional, dan lembaga bantuan," tambah dia.
Mujahed memohon dukungan kepada masyarakat internasional, menyerukan konsultasi, dan pembicaraan dengan masyarakat internasional atas keprihatinan dan ketakutan mereka terhadap pemerintahan Islam yang akan datang di Afghanistan.
Baca juga : Facebook Larang Konten tentang Taliban
Dia menyebut ribuan korban sipil selama dua dekade perang sebagai "kerusakan tambahan" setelah invasi bertemu dengan perjuangan kemerdekaan Afghanistan.
Mujahed berjanji bahwa tidak akan ada diskriminasi dan penggunaan kekerasan terhadap perempuan dan mereka akan diizinkan untuk belajar dan bekerja sesuai dengan batasan Syariah.
Merujuk pada kebebasan pers, dia mengatakan prinsip-prinsip Islam dan kepentingan nasional akan tetap menjadi prinsip inti dan media tidak akan diizinkan untuk menyebarkan perpecahan etnis, sektarian, dan lainnya.
Menuduh pemerintahan Presiden Ashraf Ghani menciptakan kekosongan kekuasaan dengan melarikan diri dalam kepanikan, Mujahed mengatakan pemberitaan perang dari pemerintahan sebelumnya memaksa mereka untuk mempercepat pengambilalihan kota-kota dan desa-desa, yang mengarah pada perebutan Kabul tanpa diskusi yang layak untuk pemindahan kekuasaan.