REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Warga Afghanistan berkumpul di kota timur Jalalabad untuk mengibarkan bendera nasional sehari sebelum Hari Kemerdekaan Afghanistan yang jatuh pada 19 Agustus. Kemerdekaan ini menandai berakhirnya kekuasaan Inggris pada 1919 silam.
Para warga tersebut menurunkan bendera Taliban yang dipasang para militan di daerah yang mereka kuasai. Namun kemudian, seperti dilansir dari Global News, Rabu (18/8), militan Taliban melesatkan tembakan ke udara dan menyerang serta membubarkan kerumunan orang-orang.
Babrak Amirzada, seorang reporter untuk sebuah kantor berita lokal, mengatakan dia dan seorang juru kamera TV dari agensi lain dipukuli oleh Taliban ketika mereka mencoba untuk meliput kerusuhan tersebut. Seorang pejabat kesehatan setempat mengatakan setidaknya satu orang tewas dan enam terluka. Pejabat itu tidak berwenang untuk berbicara kepada media dan berbicara dengan syarat anonim.
Sementara itu, video dari Lembah Panjshir di utara Kabul, kubu milisi Aliansi Utara yang bersekutu dengan AS melawan Taliban pada 2001, menunjukkan tokoh-tokoh oposisi potensial berkumpul di sana. Itu satu-satunya provinsi yang belum jatuh ke tangan Taliban.
Taliban terus maju dengan upaya mereka untuk membentuk pemerintahan Islam yang inklusif. Mereka telah mengadakan pembicaraan dengan mantan Presiden Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah, seorang pejabat senior di pemerintahan yang digulingkan.
Baca juga : Anggota Taliban yang Kagum Lihat Perubahan Afghanistan
Mohammad Yusof Saha, juru bicara Karzai, mengatakan pertemuan awal dengan pejabat Taliban akan memfasilitasi negosiasi akhirnya dengan Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin politik Taliban, yang kembali ke negara itu minggu ini. Karzai dan Abdullah bertemu pada Rabu dengan Anas Haqqani, seorang pemimpin senior dalam faksi Taliban yang kuat. AS mencap jaringan Haqqani sebagai kelompok teroris pada 2012, dan keterlibatannya dalam pemerintahan masa depan dapat memicu sanksi internasional.
Di tengah ketidakpastian, ribuan warga Afghanistan telah mencoba melarikan diri dari negara itu dalam beberapa hari terakhir, dan AS dan sekutunya telah berjuang untuk mengelola penarikan yang kacau dari negara itu. Ratusan orang berada di luar bandara pada Rabu pagi.
Setiap kali gerbang dibuka satu inci pun, lusinan orang mencoba menerobos masuk. Dan Taliban sesekali melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan mereka. Di Kabul, kelompok pejuang Taliban yang membawa senjata panjang berpatroli di lingkungan kaya yang merupakan rumah bagi banyak kedutaan besar serta rumah-rumah elit Afghanistan.
Taliban telah berjanji untuk menjaga keamanan, tetapi penduduk mengatakan sekelompok pria bersenjata telah pergi dari pintu ke pintu untuk menanyakan tentang warga Afghanistan yang bekerja dengan Amerika atau pemerintah yang digulingkan. Tidak jelas apakah orang-orang bersenjata itu adalah Taliban atau penjahat yang menyamar sebagai militan.
Janji Taliban lain yang diawasi ketat adalah sumpah mereka untuk mencegah Afghanistan digunakan lagi sebagai basis untuk merencanakan serangan teroris. Itu diabadikan dalam kesepakatan damai 2020 dengan pemerintahan Trump yang membuka jalan bagi penarikan pasukan Amerika, yang terakhir seharusnya pergi pada akhir bulan.
Baca juga : Jokowi Daulat Purnapaskibraka 2021 Jadi Duta Pancasila