REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas kekacauan evakuasi puluhan ribu warga Afghanistan dan orang asing di Bandara Kabul. Kementerian Pertahanan Inggris sebelumnya mengatakan tujuh orang tewas dalam kerumunan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Amerika, dengan segala kekuatan dan fasilitasnya... telah gagal menertibkan bandara. Ada kedamaian dan ketenangan di seluruh negeri, tetapi hanya ada kekacauan di bandara Kabul," kata pejabat Taliban Amir Khan Mutaqi.
AS telah memperingatkan ancaman keamanan dan Uni Eropa mengakui mustahil untuk mengevakuasi semua orang yang berisiko dari Taliban. Namun warga Afghanistan yang ketakutan terus mencoba melarikan diri, memperdalam tragedi di bandara Kabul membuat AS dan sekutunya tidak mampu mengatasi sejumlah besar orang yang nekat ikut penerbangan evakuasi.
Video mengerikan telah muncul tentang bayi dan anak-anak yang diserahkan kepada tentara melalui pagar kawat berduri. Sedangkan banyak para laki-laki menempel di bagian luar pesawat yang akan berangkat.
Seorang jurnalis, yang termasuk di antara sekelompok pekerja media dan akademisi yang melarikan diri menggambarkan pemandangan putus asa orang-orang di sekitar bus dalam perjalanan masuk. "Mereka menunjukkan paspor mereka kepada kami dan berteriak 'bawa kami bersamamu... tolong bawa kami bersamamu'," kata wartawan itu.
Krisis tersebut telah menyebabkan meningkatnya kritik terhadap AS dan sekutu Baratnya usai melakukan penarikan pasukan. Para pemimpin G7 akan membahas situasi tersebut dalam pertemuan puncak virtual pada Selasa (24/8).
"Sangat penting bahwa komunitas internasional bekerja sama untuk memastikan evakuasi yang aman, mencegah krisis kemanusiaan dan mendukung rakyat Afghanistan untuk mengamankan keuntungan dari 20 tahun terakhir," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.