REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meningkatkan kekhawatiran ISIS di Afghanistan. ISIS dinilai dapat menimbulkan ancaman ketika pasukan AS berusaha untuk mengevakuasi ribuan warga dan sekutu Afghanistan dari negara itu.
Biden dalam sambutannya di Gedung Putih pada Ahad (22/8) mencatat bahwa kelompok teror itu adalah musuh bebuyutan Taliban. Dia mengatakan bahwa semakin lama pasukan AS berada di lapangan meningkatkan kemungkinan bahwa kelompok itu akan berusaha untuk menyerang warga sipil tak berdosa dan personel AS di dekat Bandara Internasional Hamid Karzai.
Kelompok tersebut telah lama menyatakan keinginan untuk menyerang AS dan kepentingan yang berhubungan dengan Paman Sam di luar negeri dan telah aktif di Afghanistan selama beberapa tahun. ISIS pun diketahui melakukan gelombang serangan mengerikan, sebagian besar pada minoritas Syiah.
ISIS juga telah berulang kali menjadi sasaran serangan udara AS dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok ini juga menghadapi serangan Taliban.
Biden mengatakan 11 ribu orang sudah dievakuasi dari Kabul selama akhir pekan. Dia tetap berkomitmen untuk membantu semua warga AS yang ingin meninggalkan Afghanistan.
Biden menambahkan prioritas pertamanya adalah mengeluarkan warga Amerika dari Afghanistan secepat dan seaman mungkin. Namun, Kedutaan Besar AS di Kabul telah memperingatkan warga AS untuk menghindari bepergian ke bandara. Anjuran ini sebagian karena kekhawatiran tentang milisi ISIS. "Kami bekerja keras dan secepat yang kami bisa untuk mengeluarkan orang. Itulah misi kami. Itulah tujuan kami," kata Biden.
Biden juga mengatakan telah mengaktifkan armada udara cadangan sipil yang disediakan oleh maskapai komersial. Upaya ini untuk membantu memindahkan pengungsi dari stasiun jalan negara ketiga ke AS.