Selasa 24 Aug 2021 17:30 WIB

Sri Lanka Pakai Kardus Sebagai Peti Mati untuk Jenazah Covid

Lonjakan Covid-19 telah membuat Sri Lanka kekurangan peti mati.

Rep: Rizky Jaramaya/Dwina/ Red: Teguh Firmansyah
Peti mati kardus (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/Marcos Pin
Peti mati kardus (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SRI JAYAWARDENAPURA KOTTE -- Sri Lanka menggunakan kotak kardus sebagai pengganti peti mati untuk jenazah Covid-19. Melonjaknya kasus Covid-19 menyebabkan Sri Lanka kekurangan peti mati.

Di sebuah pabrik di kota Dehiwala-Mount Lavinia, Sri Lanka, para pekerja merakit kotak kardus panjang dengan menggunakan staples dan lem. Kotak kardus itu dibuat sedemikian rupa sehigga menyerupai peti mati.

Baca Juga

Pejabat kota Dehiwala-Mount Lavinia, Priyantha Sahabandu, mengatakan, peti mati itu terbuat dari kertas daur ulang dan harganya seperenam dari peti kayu yang termurah.

Angka kematian akibat Covid-19 di Sri Lanka melonjak tajam. Beberapa orang memilih peti mati kardus ketika mereka mengkremasi orang yang mereka cintai.

“Dengan merebaknya virus corona, masyarakat kesulitan membayar peti mati kayu yang mahal,” kata Sahabandu.

Sahabandu adalah orang pertama yang mengemukakan gagasan menggunakan peti mati dari kardus untuk jenazah Covid-19. Dia mengatakan, untuk membuat 400 peti mati maka harus menebang sekitar 250 hingga 300 pohon.   "Untuk mencegah kerusakan lingkungan itu saya mengajukan konsep ini ke komite kesehatan dewan,” kata Sahabandu.

Sahabandu mengatakan, satu buah leti mati yang terbuat dari kardus dibanderol dengan harga sekitar 4.500 rupee Sri Lanka atau 23 dolar AS. Sementara harga peti mati kayu yang termurah sekitar 30 ribu rupee Sri Lanka atau 150 dolar AS.  

Peti mati kardus pada awalnya digunakan untuk jenazah Covid-19. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, peti mati kardus menjadi lebih populer di kalangan mereka yang peduli dengan lingkungan. Sekitar 350 peti mati kardus telah didistribusikan sejak awal 2020. Kini pabrik sedang mengerjakan 150 peti lagi yang dipesan oleh dewan.

“Mayoritas orang Sri Lanka mendukung ini.  Masalahnya hari ini adalah memasoknya. Kami sedang berusaha untuk mengerjakannya,” kata Sahabandu.

Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan penguncian total selama 10 hari pada Jumat untuk mengekang lonjakan baru kasus virus korona, yang didorong oleh penyebaran varian Delta. Sri Lanka mencatat angka kematian harian tertinggi yaitu 198 pada Jumat, dengan total kematian mencapai 7.560. Saat ini rata-rata sekitar 400 orang meninggal per hari di Sri Lanka karena berbagai penyebab, termasuk Covid-19.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement