REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat sekitar 75-80 juta orang di Asia jatuh dalam jurang kemiskinan ekstrem, dengan pendapatan di bawah 1,90 dolar AS per hari, pada tahun lalu. Hal itu berdasarkan Asian Development Bank (ADB) dalam laporannya, Selasa (24/8).
Dalam laporan “Key Indicators for Asia and the Pacific 2021 ADB” pencapaian target “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” di Asia Pasifik terancam dengan pandemi ini.
“Pandemi ini meningkatkan ketidaksetaraan, kemiskinan ekstrem. Sementara kemajuan di bidang penanganan kelaparan, kesehatan, dan Pendidikan juga terhenti,” ujar siaran pers ADB, Selasa (24/8).
Menurut laporan itu, sekitar 203 juta orang atau 5,2 persen dari populasi Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2017. Menurut ADB, jumlah tersebut bisa turun menjadi sekitar 2,6 persen pada 2020 jika tidak ada pandemi Covid-19.
“Kemajuan di Asia Pasifik sebenarnya cukup mengesankan, namun pandemi membuat patahan sosial ekonomi yang melemahkan pembangunan berkelanjutan di kawasan ini,” kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada.
Menurut dia, agar tetep bisa mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada 2030, para pengambil kebijakan harus memanfaatkan data berkualitas tinggi dan tepat waktu. Hal itu harus dilakukan untuk memastikan bahwa pemulihan bisa menjangkau semua warga, terutama yang miskin dan rentan.
Menurut ADB, ekonomi Asia pasifik tumbuh dengan kecepatan penuh dalam beberapa tahun terakhir dan berkontribusi hingga 35 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) global pada 2019. “Covid-19 berdampak pada investasi domestik yang melambat dan melemahnya perdagangan dan aktivitas ekonomi global,” ujar dia.
Menurut data ADB, hanya 1 dari 4 negara yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
“Kawasan ini kehilangan sekitar 8 persen jam kerja karena pembatasan mobilitas, yang sangat mempengaruhi rumah tangga dan pekerja yang lebih miskin di sektor informal,” ujar ADB.