Jumat 27 Aug 2021 01:15 WIB

Prancis Setop Evakuasi Warga dari Afghanistan

Ribuan orang berusaha melarikan diri sejak Taliban mengambilalih Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Darat AS, penerjun payung yang ditugaskan ke Tim Tempur Brigade 1, Divisi Lintas Udara ke-82 memantau keamanan selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan pada Rabu, 25 Agustus 2021.
Foto: Sgt. Jillian G. Hix/U.S. Army via AP
Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Darat AS, penerjun payung yang ditugaskan ke Tim Tempur Brigade 1, Divisi Lintas Udara ke-82 memantau keamanan selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan pada Rabu, 25 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan, Prancis akan berhenti melakukan evakuasi warganya dari Kabul mulai Jumat (27/8) malam. Castex mengumumkan hal tersebut pada Kamis (26/8), ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat menghadapi tenggat waktu evakuasi pada 31 Agustus.

"Mulai besok (Jumat) malam dan seterusnya, kami tidak dapat mengevakuasi orang dari bandara Kabul," ujar Castex kepada radio Prancis RTL.

Baca Juga

Ribuan orang berusaha melarikan diri sejak Taliban mengambilalih Afghanistan. Mereka memenuhi bandara Kabul dan berharap ada penerbangan yang mengangkut mereka ke luar negeri. Hal ini memicu pengangkutan udara besar-besaran.

Sejak awal operasi evakuasi pada pekan lalu, Prancis telah mengevakuasi lebih dari 2.000 warga Afghanistan dan 100 warga Prancis. Sebelumnya wali kota dari 11 kota di Prancis menyatakan kesiapannya untuk menampung pengungsi Afghanistan. Mereka mendesak pemerintah untuk menunjukkan solidaritas.

Beberapa wali kota yang tergabung dalam partai sayap kiri dan sosialis, menyatakan sikap mereka di media sosial. Hal ini untuk menunjukkan solidaritas dan kemanusiaan yang mendesak kepada warga negara Afghanistan guna menghadapi bahaya dari Taliban.

Baca juga : PM Selandia Baru Kutuk Serangan ISIS di Bandara Kabul

Pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas pidato Presiden Emmanuel Macron pada Senin (16/8), yang menyatakan tentang perlunya melindungi Eropa dari aliran migran gelap yang berasal dari krisis di Afghanistan. Pernyataan Macron menimbulkan kecaman dan kritik dari partai-partai kiri dan sosialis.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement