REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Dua ledakan kuat menghantam sisi luar bandara Internasional Kabul, Kamis (26/8). Pejabat Taliban mengatakan, setidaknya 13 orang terbunuh dalam ledakan tersebut, termasuk di antaranya anak-anak.
Petinggi AS juga telah mengonfirmasi terjadinya ledakan tersebut. "Serangan terjadi pada Kamis di bandara ibu kota Afghanistan menyebabkan korban di sejumlah personel AS dan warga sipil," ujar Pentagon seperti dilansir Aljazirah.
Laporan Emergency Hospital di Twitter menyebut setidaknya 60 orang terluka akibat ledakan itu. Kini korban sudah ditangani rumah sakit.
Menurut juru bicara Pentagon John Kirby. Salah satu ledakan menghantam dekat Gerbang Abbey di bandara. Adapun satu lagi di tak jauh dari Hotel Baron. "Kita bisa mengonfirmasi ledakan di Abbey oleh serangan yang kompleks yang menyebabkan korban dari AS serta warga sipil," ujar Kirby.
Serangan terjadi di tengah kekacauan proses evakuasi yang terjadi Bandara Kabul setelah Taliban menguasai ibu kota Kabul. Sementara Amerika Serikat dan negara-negara Barat telah memperingatkan warganya ihwal ancaman serangan tersebut.
Kedutaan Besar AS di Kabul mengeluarkan peringatan yang menyarankan warga AS untuk menghindari bepergian ke bandara. Sementara Kantor Luar Negeri Inggris juga mengeluarkan peringatan serupa. Mereka menginformasikan kepada warganya yang berada di area bandara untuk pergi ke lokasi yang aman.
“Ada ancaman serangan teroris yang sedang berlangsung," ujar Kantor Luar Negeri Inggris, dilansir Aljazirah.
Departemen Luar Negeri Australia juga mendesak warga Australia dan warga Afghanistan dengan visa Australia, untuk pergi dari bandara. Australia memperingatkan ada ancaman serangan teroris yang sangat tinggi di bandara.
Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Joe Biden telah mendapatkan informasi tentang ancaman dari kelompok ISKP atau yang juga dikenal dengan ISIS-K. Biden juga telah mengetahui rencana darurat untuk evakuasi. "ISIS-K adalah musuh bebuyutan Taliban, dan mereka memiliki sejarah pertempuran satu sama lain.Tetapi setiap hari kami memiliki pasukan di lapangan. Pasukan ini dan warga sipil tak berdosa di bandara, menghadapi risiko serangan dari ISIS-K," ujar Biden.