REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sejumlah ledakan mengguncang Kabul, ibu kota Afghanistan pada Kamis dan menewaskan puluhan orang serta melukai lebih dari 100 lainnya. Hal itu menurut laporan media dan koresponden Anadolu Agency di lapangan pada Kamis (26/8).
Dua serangan teror di antaranya terjadi di luar bandara internasional Kabul saat banyak orang menunggu untuk dievakuasi keluar dari Afghanistan. Sebuah laporan BBC mengutip seorang pejabat kesehatan senior Kabul mengatakan bahwa lebih dari 60 orang tewas, sementara lebih dari 140 lainnya terluka dalam ledakan tersebut.
Ledakan baru juga terdengar di malam hari, sehingga jumlah total ledakan yang terjadi di ibu kota negara itu bertambah jadi enam, menurut reporter Anadolu Agency di lapangan.
Komandan US Central Command (USCENTCOM) Kenneth McKenzie mengkonfirmasi bahwa 12 tentara Amerika Serikat (AS) tewas dan 15 lainnya terluka dalam insiden-insiden tersebut. Melaporkan situasi di Kabul, McKenzie mengatakan AS bertekad untuk melakukan pembalasan terhadap Daesh/ISIS, yang menurutnya akan mencoba melakukan lebih banyak serangan di kota itu.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan di Twitter bahwa tidak ada kerusakan atau korban di antara pasukan Turki di bandara tersebut. Laporan yang belum dikonfirmasi mengungkapkan bahwa beberapa ledakan akibat serangan bunuh diri.
Sementara itu, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengutuk dengan keras serangan itu di Twitter dengan mengatakan serangan terhadap warga sipil di bandara Kabul itu terjadi di daerah yang dikendalikan pasukan AS.
"Imarah Islam (Taliban) sangat memperhatikan keamanan dan perlindungan terhadap rakyatnya, dan lingkaran jahat akan dihentikan secara ketat," ujar jubir Taliban.
Dalam pernyataan selanjutnya, Mujahid mengatakan beberapa ledakan yang terdengar di Kabul pada malam hari terjadi saat pasukan AS menghancurkan peralatan militer mereka di dalam bandara Kabul. Mujahid menambahkan di Twitter bahwa ledakan itu tidak membuat khawatir penduduk kota karena mereka tidak menentang AS.
Pasukan AS menguasai bandara Kabul saat evakuasi masih berlanjut menjelang tenggat waktu 31 Agustus, di satu-satunya daerah negara itu yang masih berada di bawah kendali AS. Ribuan orang menunggu di bandara untuk dievakuasi, dan banyak orang berkumpul di luar bandara, mencari jalan masuk ke dalam untuk mendapatkan penerbangan ke luar negeri.