REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (26/8) mengatakan bahwa duta besar negaranya untuk Kabul tidak akan tinggal di Afghanistan.
Selama kunjungan ke Dublin, Irlandia, Presiden Prancis Macron mengatakan situasi keamanan di Afghanistan tegang setelah ledakan masif di ibu kota Afghanistan. Untuk alasan keamanan, duta besar akan bertugas dari Paris untuk saat ini. Dia mengatakan bahwa sejauh ini Prancis telah mengevakuasi 2.600 orang dan Paris ingin melanjutkan evakuasi itu.
Sebuah laporan BBC mengutip seorang pejabat kesehatan senior Kabul mengatakan bahwa lebih dari 60 orang tewas, sementara lebih dari 140 lainnya terluka dalam ledakan tersebut. Media AS melaporkan bahwa setidaknya 12 pasukan Amerika tewas dan beberapa lainnya terluka. Laporan yang belum dikonfirmasi mengungkapkan bahwa beberapa ledakan akibat serangan bunuh diri.
Pasukan AS menguasai bandara Kabul saat evakuasi masih berlanjut menjelang tenggat waktu 31 Agustus, di satu-satunya daerah negara itu yang masih berada di bawah kendali AS. Ribuan orang menunggu di bandara untuk dievakuasi, dan banyak orang berkumpul di luar bandara, mencari jalan masuk ke dalam untuk mendapatkan penerbangan ke luar negeri.