Jumat 27 Aug 2021 20:06 WIB

Rusia: ISIS Ambil Keuntungan dari Kekacauan Afghanistan

Rusia menilai ancaman masih tinggi bagi semua orang di Afghanistan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Afghanistan berbaring di tempat tidur di sebuah rumah sakit setelah mereka terluka dalam serangan mematikan di luar bandara di Kabul, Afghanistan, Kamis, 26 Agustus 2021.
Foto: AP/Mohammad Asif Khan
Warga Afghanistan berbaring di tempat tidur di sebuah rumah sakit setelah mereka terluka dalam serangan mematikan di luar bandara di Kabul, Afghanistan, Kamis, 26 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengutuk aksi serangan bom di bandara Kabul, Afghanistan. Moskow menilai, kelompok ISIS mengambil keuntungan atas kekacauan situasi yang tengah terjadi di sana.

“Sayangnya, perkiraan pesimistis bahwa kelompok teroris yang mengakar, terutama ISIS, tidak gagal dengan mengambil keuntungan dari kekacauan di Afghanistan benar terkonfirmasi,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Jumat (27/8), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Rusia menilai, ancaman dan bahaya tetap tinggi bagi semua orang yang berada di Afghanistan. Ia memprediksi, ISIS, dan kelompok milisi lainnya, masih akan berusaha memanfaatkan kekacauan di sana untuk mengambil keuntungan.

Peskov mengatakan, saat ini badan intelijen Rusia sedang bekerja sepanjang waktu agar kekacauan di Afghanistan tidak merambat ke negara-negara tetangganya. Pada Kamis (26/8) lalu, dua ledakan bom mengguncang bandara Kabul yang dipadati warga Afghanistan.

Sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus lalu, ribuan warga berbondong-bondong mengunjungi bandara Kabul. Mereka berharap dapat dievakuasi oleh negara-negara asing karena enggan harus hidup di bawah kekuasaan Taliban.

Sejauh ini, sedikitnya 95 orang dilaporkan tewas akibat serangan bom di bandara Kabul. Sebanyak 13 di antaranya merupakan tentara Amerika Serikat (AS). Taliban telah mengutuk aksi tersebut. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas insiden itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement