REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA -- Sepasang suami istri Afghanistan tiba di Philadelphia Amerika Serikat (AS). Mereka bersama enam anak berhasil meninggalkan tanah airnya usai melewati berbagai pos milik Taliban dan melakukan penerbangan penyelamatan pada hari ketiga usai penaklukan.
Mohammad telah bekerja untuk sebuah perusahaan keamanan di Kedutaan Besar AS dan menjadi kontraktor pertahanan sejak 2004. Dia pertama kali mengajukan visa AS pada 2018, pada saat visa datang pada 8 Agustus, Taliban sedang menuju Kabul, dan akan pindah ke kota seminggu kemudian.
Ketika keluarga itu merencanakan perpindahan, kerabat Mohammad di dekat Philadelphia mendesaknya untuk bergegas ke bandara, meskipun dia belum memesan penerbangan. Keluarga itu berhasil mencapai 50 meter dari militer AS pada upaya pertama mereka pada 16 Agustus. Mereka segera mengetahui setidaknya dua orang telah meninggal hari itu karena mencoba berpegangan pada pesawat terbang AS.
Perjalanan hari berikutnya terbukti sama saja. Anak-anak mereka justru menjadi ketakutan melihat pasukan Taliban menembakkan senjata ke udara. Anak bungsu, usia 3 hingga 16 tahun, ingin menyerah.
"Saya sendiri takut. Saya tidak ingin menunjukkannya kepada anak-anak saya," kata istri Mohammad.
Istri Mohammad menduga keluarganya akan terluka dan akan sangat kesulitan untuk mencapai AS. "Tapi kita akan memiliki masa depan,” katanya melalui sepupunya yang sudah lebih dulu tinggal di Philadelphia.
Sepupu yang meminta untuk diidentifikasi hanya sebagai Khan, telah melakukan perjalanan tiga kali ke bandara hanya dalam satu pekan. Kini sudah ada 22 orang memenuhi rumahnya selama seminggu terakhir