Sabtu 28 Aug 2021 05:27 WIB

Laporan Intelijen AS: Asal Mula Pandemi COVID-19 Masih Belum Jelas

Investigasi intelijen AS tentang asal mula pandemi gagal memberikan kejelasan

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Laporan Intelijen AS: Asal Mula Pandemi COVID-19 Masih Belum Jelas
Laporan Intelijen AS: Asal Mula Pandemi COVID-19 Masih Belum Jelas

Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines menyampaikan laporan tentang asal usul virus corona SARS-CoV-2 kepada Presiden Joe Biden pada Selasa (24/08), sehari sebelum berakhirnya masa 90 hari yang ditetapkan pemerintah AS atas target pengumpulan informasi mengenai pandemi.

Rincian laporan masih dirahasiakan, tetapi dua pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada The Washington Post bahwa laporan itu tidak mencapai kesimpulan akhir. Menurut mereka, bahkan tidak ada kesepakatan dalam komunitas intelijen AS.

Dua lembaga yang berbeda sampai pada dua kesimpulan yang berbeda, yakni dugaan bahwa virus itu ditularkan dari hewan ke manusia, sementara yang lain berasumsi bahwa infeksi pertama pada manusia terjadi melalui kecelakaan laboratorium.

Berikut adalah kesimpulan tentang apa yang sudah diketahui publik sebelum laporan intelijen:

Sejak SARS-CoV-2 dikenal pada awal 2020, hampir 214 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi. Hampir 4,5 juta orang telah meninggal karena virus tersebut. Pandemi juga telah melumpuhkan ekonomi selama berbulan-bulan. Namun, dari mana virus yang sangat menular ini berasal? Sejauh ini, ada lebih banyak dugaan daripada fakta tentang dari mana pandemi global itu berasal.

Pada Mei 2021, Wall Street Journal melaporkan kemungkinan kecelakaan di Institut Virologi di Wuhan, mengutip laporan intelijen AS yang tidak dipublikasikan sebelumnya.

Dikatakan bahwa pada November 2019, tiga karyawan di institut itu jatuh sakit parah dengan gejala mirip COVID-19, sehingga mereka harus dirawat di klinik, tetapi Cina membantahnya. Sebagai konsekuensinya, Presiden AS Joe Biden memerintahkan komunitas intelijen pada 27 Mei lalu untuk mengumpulkan fakta-fakta yang dapat dipercaya mengenai spekulasi tentang kemungkinan kecelakaan laboratorium.

"AS akan terus bekerja dengan mitra yang berpikiran sama untuk menekan Cina berpartisipasi dalam penyelidikan internasional yang penuh, transparan, berdasarkan fakta dan memberikan akses ke semua data dan bukti yang relevan," kata Biden.

Cina, bagaimanapun, menuduh AS berusaha mempolitisasi pencarian dan menyalahkan Cina atas pandemi tersebut. Pada saat yang sama, Beijing menghalangi penyelidikan terbuka dan dengan tegas menolak tanggung jawab apa pun secara prinsip.

Apakah ada bukti terkait senjata biologis?

Drosten, ahli virologi dari Berlin, menganggap "sangat tidak mungkin" bahwa virus itu berasal dari laboratorium. "Jika seseorang telah mengembangkan SARS-CoV-2 seperti ini, saya akan mengatakan mereka melakukannya dengan cara yang tidak tepat sasaran."

Para peneliti kemungkinan besar hanya mengubah karakteristik yang sangat spesifik untuk tujuan penelitian. SARS-CoV-2, bagaimanapun, penuh dengan penyimpangan dari virus pertama, menunjukkan bahwa mereka kemungkinan berkembang sebagai bagian dari proses alami.

Apa yang mengatakan ini merupakan kecelakaan laboratorium?

Teori bahwa para peneliti Cina bereksperimen dengan virus corona berbahaya seperti RaTG13 atau RmYN02 dan bahwa SARS-CoV-2 dilepaskan secara tidak sengaja tetap ada. Para pejabat Cina dengan tegas menyangkal isu tersebut.

Para ahli WHO yang dikirim ke Cina juga mengklasifikasikan kecelakaan seperti itu sebagai "sangat tidak mungkin," berdasarkan data yang tersedia bagi mereka. Antara lain, evolusi virus menentang hal ini.

Selain itu, Institut Virologi Wuhan menggunakan laboratorium dengan keamanan tinggi yang sesuai dan tidak ada indikasi kecelakaan laboratorium atau penyakit mencurigakan di antara karyawan dalam data yang dibagikan kepada penyelidik WHO.

Namun, data yang ada tampaknya tidak mengatakan yang sebenarnya, menurut AS. Berdasarkan laporan intelijen yang dikutip oleh Wall Street Journal, tidak disebutkan tiga pegawai lembaga tersebut yang pada November 2019 yang dikabarkan jatuh sakit parah dengan gejala mirip COVID-19 sehingga harus dirawat di klinik. Kemudian Cina mengklaim itu tidak pernah terjadi. (sc/ha)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement