REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Korban meninggal bom bunuh diri di dua gerbang Bandara Internasional Ahmad Karzai, Kabul, meningkat menjadi 169 jiwa. Pihak berwenang mengatakan, angka kematian bisa bertambah karena proses evakuasi dan perawatan korban luka masih terjadi.
Sebanyak 13 pasukan AS juga dilaporkan meninggal dalam insiden ini. Pemboman yang didalangi afiliasi ISIS, ISIS-K menandai salah satu serangan paling mematikan yang pernah terjadi di negara itu. AS mengatakan insiden ini adalah hari paling mematikan bagi pasukan Amerika di Afghanistan sejak 2011.
Pada Jumat (27/8), Pentagon mengatakan, hanya ada satu pengebom bunuh diri di gerbang bandara, bukan dua, seperti yang awalnya dikatakan pejabat AS. Seorang pejabat AS mengatakan bahwa pengebom bunuh diri membawa muatan yang lebih berat dari biasanya sekitar 25 pon bahan peledak, sarat dengan pecahan peluru.
Pejabat AS berbicara dengan syarat anonim untuk membahas penilaian awal serangan itu. Para pejabat yang memberikan informasi korban tewas Afghanistan juga berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara dengan media.
Para korban bom bunuh diri Afghanistan berkisah dari seorang jurnalis muda yang bekerja keras hingga seorang ayah yang miskin. Mereka dibawa ke bandara dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Orang Amerika yang tewas adalah 11 Marinir, seorang pelaut Angkatan Laut dan seorang tentara Angkatan Darat. Banyak yang menjadi korban adalah masih anak-anak kecil ketika pasukan AS pertama kali memasuki Afghanistan pada 2001.
Prajurit Marinir AS, Lance Cpl. Kareem Mae'lee Grant Nikoui, mengirim video ke seorang teman keluarga di Amerika Serikat hanya beberapa jam sebelum dia meninggal. Dia menunjukkan dirinya tersenyum dan menyapa anak-anak Afghanistan. Pejabat Inggris mengatakan dua warga negaranya dan anak warga Inggris lainnya juga termasuk di antara mereka yang tewas ketika bom meledak.