REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pasukan Taliban menutup bandara Kabul pada Sabtu (28/8), untuk sebagian besar warga Afghanistan yang berharap dapat dievakuasi. Penutupan dilakukan ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menghentikan evakuasi, serta mengakhiri invasi mereka selama dua dekade di Afghanistan.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, pasukan mereka memegang beberapa posisi di dalam bandara. Mereka siap untuk mengambil kendali secara damai ketika pasukan Amerika terbang keluar dari Kabul. Namun juru bicara Pentagon John Kirby membantah klaim tersebut.
Taliban telah mengerahkan pasukan tambahan di luar bandara untuk mencegah kerumunan besar berkumpul setelah pemboman pada Kamis. Lapisan baru pos pemeriksaan bermunculan di jalan-jalan menuju bandara. Beberapa diawaki oleh pejuang Taliban berseragam yang dilengkapi dengan Humvee, dan kacamata penglihatan malam yang diambil dari pasukan keamanan Afghanistan.
Seorang warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah untuk militer AS mengatakan, dia bersama beberapa orang lainnya yang mengantongi izin untuk pergi telah mencoba mencapai bandara pada Jumat (28/8) malam. Setelah melewati tiga pos pemeriksaan mereka dihentikan di pos keempat. Mereka beradu argumen, dan Taliban mengatakan bahwa, mereka telah diperintahkan oleh Amerika hanya mengizinkan pemegang paspor AS.
"Saya sangat putus asa untuk masa depan saya. Jika evakuasi selesai, apa yang akan terjadi pada kita?," kata pria yang berbicara dengan syarat anonim tersebut kepada The Associated Press.
Kirby mengatakan, warga Afghanistan yang telah bekerja dengan pasukan Amerika masih diizinkan masuk ke bandara Kabul untuk dievakuasi. Mereka mendapatkan visa khusus dari AS.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri, 5.400 warga Amerika telah dievakuasi dengan aman dari Afghanistan sejak 14 Agustus. Sementara, masih ada 350 warga Amerika lainnya yang masih menunggu untuk dievakuasi.
Sebagian besar sekutu AS telah menyelesaikan evakuasi melalui bandara Kabul. Sementara AS berencana mempertahankan penerbangan sampai batas waktu terakhir evakuasi yaitu pada 31 Agustus. Sejauh ini AS telah mengevakuasi 117 ribu orang, sejak Taliban berkuasa di Afghanistan.
Inggris melakukan penerbangan evakuasi terakhirnya pada Sabtu. Duta Besar Inggris untuk Afghanistan, Laurie Bristow, mengatakan, sudah waktunya untuk menutup fase operasi di Afghanistan.
"Kami tidak melupakan orang-orang yang masih harus pergi. Kami akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk membantu mereka. Kami juga tidak melupakan orang-orang Afghanistan yang pemberani dan ramah. Mereka berhak hidup damai dan aman," ujar Bristow.
Sejumlah pengungsi Afghanistan telah tiba di beberapa wilayah negara, di antaranya Washington, Philadelphia, Madrid, Birmingham, dan Inggris. Mereka merasa lega dan berharap dapat memulai hidup baru yang jauh dari Taliban. Tetapi beberapa pengungsi lain merasa sedih karena harus melarikan diri.
Di Spanyol, Shabeer Ahmadi yang berprofesi sebagai seorang jurnalis Afghanistan mengatakan, AS telah menghancurkan pekerjaannya dan orang lain yang berupaya untuk membuat Afghanistan menjadi tempat yang lebih baik. AS telah membiarkan kelompok pemberontak merebut kembali kekuasaan. “Mereka meninggalkan generasi baru Afghanistan,” kata Ahmadi.
Taliban telah mendorong warga Afghanistan untuk tidak meninggalkan negaranya. Taliban menjanjikan amnesti kepada mereka yang berperang melawan kelompok militan tersebut. Taliban mengatakan, penerbangan komersial akan dilanjutkan setelah penarikan pasukan AS dan NATO. Tetapi belum diketahui apakah maskapai penerbangan bersedia membuka layanan setelah pasukan asing meninggalkan Afghanistan.