Ahad 29 Aug 2021 10:28 WIB

Warga Afghanistan Unjuk Rasa di Depan Bank di Kabul

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka belum dibayar selama tiga hingga enam bulan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Mas Alamil Huda
Dalam file foto 24 Agustus 2021 ini, yang disediakan oleh Korps Marinir AS, keluarga berjalan menuju penerbangan mereka selama evakuasi yang sedang berlangsung di Bandara Internasional Hamid Karzai, di Kabul, Afghanistan.
Foto: Sgt. Samuel Ruiz/U.S. Marine Corps via AP
Dalam file foto 24 Agustus 2021 ini, yang disediakan oleh Korps Marinir AS, keluarga berjalan menuju penerbangan mereka selama evakuasi yang sedang berlangsung di Bandara Internasional Hamid Karzai, di Kabul, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Ratusan pengunjuk rasa, termasuk banyak pegawai negeri, berkumpul di luar bank di Kabul, Afghanistan. Sedangkan beberapa warga Kabul lainnya lainnya berbaris di mesin ATM.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka belum dibayar selama tiga hingga enam bulan terakhir dan tidak dapat menarik uang tunai. Mesin ATM masih beroperasi, tetapi penarikan dibatasi sekitar 200 dolar AS setiap 24 jam.

Bank sentral pun memerintahkan cabang bank komersial untuk membuka dan mengeluarkan hingga 200 dolar AS sehari kepada pelanggan pada Sabtu (28/8). Keputusan ini diambil sebagai tindakan sementara.

Krisis ekonomi yang mendahului pengambilalihan Taliban awal bulan ini dapat memberi pengaruh kepada negara-negara Barat. Mereka mendesak penguasa baru Afghanistan untuk membentuk pemerintahan yang moderat dan inklusif dan mengizinkan orang-orang pergi setelah batas waktu 31 Agustus.

Afghanistan sangat bergantung pada bantuan internasional yang mencakup sekitar 75 persen dari anggaran pemerintah yang didukung Barat sebelumnya. Taliban telah mengatakan menginginkan hubungan baik dengan komunitas internasional dan telah menjanjikan bentuk pemerintahan yang lebih moderat.

Taliban tidak dapat mengakses hampir semua cadangan bank sentral senilai sembilan miliar dolar AS, yang sebagian besar dipegang oleh Federal Reserve New York. Dana Moneter Internasional juga telah menangguhkan transfer sekitar 450 juta dolar AS. Tanpa pasokan dolar AS secara reguler, mata uang lokal berisiko runtuh yang bisa membuat harga barang-barang pokok melonjak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kekeringan yang memburuk mengancam mata pencaharian lebih dari tujuh juta orang. Organisasi Pangan dan Pertanian yang berbasis di Roma mengatakan warga Afghanistan juga menderita pandemi virus korona dan mengungsi dari pertempuran baru-baru ini.

Awal bulan ini, Program Pangan Dunia PBB memperkirakan bahwa sekitar 14 juta orang sangat membutuhkan bantuan makanan. Badan ini menyatakan bantuan penting diperlukan menjelang musim tanam gandum yang dimulai dalam sebulan di banyak daerah.

Sejauh ini, pendanaan akan mencakup bantuan untuk hanya 110 ribu keluarga petani. Sementara sekitar 1,5 juta membutuhkan bantuan dan panen saat ini diperkirakan akan di bawah tahun lalu sebanyak 20 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement