REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Kelompok Taliban mengecam serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat (AS) di Kabul, Afghanistan, pada Ahad (29/8). Kecaman tetap dilayangkan meskipun serangan tersebut menargetkan kendaraan tersangka yang hendak melakukan pengeboman di bandara Kabul.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengungkapkan, serangan udara AS yang diluncurkan lewat pesawat nirawak (drone) turut menimbulkan korban pada warga sipil. Dia menyebut terdapat tujuh warga tewas akibat serangan itu.
Menurutnya, tindakan AS melanggar hukum. “Jika ada ancaman potensial di Afghanistan, itu seharusnya dilaporkan pada kami. Tidak dengan melancarkan serangan sewenang-wenang yang menimbulkan korban sipil,” kata Mujahid saat diwawancara China Global Television Network pada Senin (30/8).
Sementara itu, Pentagon mengungkapkan, serangan udara yang dilancarkan ke Kabul dilakukan karena ia menerima laporan tentang adanya persiapan serangan bom mobil ke bandara di kota tersebut. Saat ini AS diketahui masih melakukan misi evakuasi di sana.
Pusat Komando AS mengatakan, pihaknya sedang melakukan investigasi tentang adanya korban sipil akibat serangan drone Washington. “Kami tahu bahwa ada ledakan besar dan kuat yang dihasilkan dari penghancuran kendaraan, menunjukkan sejumlah besar bahan peledak di dalamnya yang mungkin menyebabkan korban tambahan,” katanya.
Baca juga : Pemimpin Taliban Akhundzada Berada di Kandahar
Pada Kamis (26/8) pekan lalu, bandara Kabul menjadi target serangan bom. Dua ledakan terjadi di area bandara saat ribuan warga Afghanistan memadati tempat itu karena berharap dapat dievakuasi. Sedikitnya 170 orang tewas dalam insiden tersebut, termasuk 13 tentara AS. ISIS mengklaim sebagai dalang serangan.